Universitas Airlangga Official Website

Mengenal Aspek Teknis Manajemen Pembesaran Udang Vaname bersama Alumni Akuakultur

KABAR FIKKIA – Pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu praktik budidaya perairan yang populer di Indonesia. Manajemen yang tepat dalam pembesaran Udang Vaname sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Memperbarui keilmuan tentang manajemen di tambak Banyuwangi, Prodi Akuakultur FIKKIA UNAIR menyelenggarakan kuliah tamu di kelas G204 Kampus Giri pada Jumat (14/06/204). Koordinator Program Studi Akuakultur Darmawan Setia Budi bersama 33 mahasiswa akuakultur dari angkatan 2022 dan 2023 menghadiri jalannya perkuliahan.

Praktisi terundang kali ini adalah Fatikh Wirawan, S. Pi, asisten teknisi di PT. Trisula Amerta Mandiri (Sumberyala) Banyuwangi. Alumni Prodi Akukultur 2015 ini diundang sebagai dosen tamu dalam kuliah tamu pagi itu.  Dalam paparannya, Fatikh menyatakan bahwa manajemen budidaya udang tidak hanya meliputi manajemen kualitas air saja, namun juga mencakup bagaimana cara menghasilkan udang yang berkualitas.

Manajemen kualitas air

Manajemen kualitas air budidaya udang mencakup parameter fisika (parameter dasar : temperatur, salinitas, kedalaman. parameter hasil : kecerahan, warna air, dan floc), parameter kimia (DO, pH, alkalinitas, NH4, NO2, NO3,PO4, TOM, ORP, Ca, Mg, dan lain-lain), dan parameter biologi (identifikasi plankton, kualitas plankton, dan kuantitas plankton, total vibrio, total bakteri, dan lain-lain). Fatikh menceritakan mengenai rutinitas pengukuran parameter kualitas air hingga penentuan arah perlakuan. Hasil dari pengukuran kualitas air dapat dijadikan sebagai bahan analisa dan evaluasi kondisi perairan.

“Saat siklus kita sukses bisa dijadikan pedoman (hasil pengukuran parameter kualitas air nya) dan kalau gagal bisa dijadikan kajian,” ujar pemuda asli Banyuwangi tersebut.

Manajemen pakan pembesaran udang

Manajemen pakan tiap tambak berbeda-beda. Fatikh menjelaskan bahwa di tempat ia bekerja saat ini, menggunakan 3 jenis pakan yaitu powder, crumble, dan pelet. Pemberian pakan powder pada DOC 1-5 dengan frekuensi pemberian 3 kali, pemberian pakan crumble pada DOC 6-25 dengan frekuensi pemberian 4 kali, dan pemberian pakan pelet pada DOC 25-120 dengan frekuensi pemberian 4 kali. Pemberian pakan dilakukan dengan metode blind feeding, feeding rate, dan indek.

Penanganan dan pencegahan penyakit pada udang

Disamping nilai ekonomis yang tinggi, budidaya udang memiliki risiko tersendiri, terutama terkait dengan penyakit. Fatikh menyebutkan penyakit utama pada udang budidaya adalah AHPND, WFD, IMNV, dan WSSV. Pertanyaan terkait datang dari Fahmi Ansor (2022) yang bertanya mengenai apa yang dilakukan apabila sebelum masa panen terdapat udang yang sakit dalam suatu kolam.

“Tergantung penyakitnya apa, kalau AHPND biasanya masih bisa ditangani hingga mencapai panen meski mengurangi SR-nya, tapi kalau WSSV itu harus langsung dipanen atau dimusnahkan. Proses panennya juga harus cepat sebelum menular lebih banyak lagi. Keputusan dipanen dan dimusnahkan nya juga tergantung ukuran udangnya berapa, dan apakah ada yang beli,” jelas Fatikh menanggapi pertanyaan tersebut.

Penulis: Ijl Taqiy Dewanta Arthur Archiles
Editor