KABAR FIKKIA – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Banyuwangi saat ini mengalami peningkatan secara signifikan. Berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, tercatat 205 kasus DBD pada Januari hingga April 2024. Empat pasien di antaranya dikabarkan meninggal dunia.
Salah satu daerah yang mengalami peningkatan tajam adalah Kecamatan Rogojampi. Pada awal Mei, tercatat 48 kasus baru penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan tiga pasien meninggal dunia dalam perawatan. Menyikapi peningkatan angka penularan, mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat FIKKIA UNAIR Banyuwangi berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Puskesmas Gitik, dan Pemerintah Desa Rogojampi menggelar kegiatan bakti sosial guna memutus mata rantai penyakit demam berdarah melalui inspeksi jentik pada Sabtu (01/06/2024)
Kegiatan diawali dengan inspeksi jentik dilakukan di dua dusun yakni Dusun Jagalan dan Dusun Prejengan. Berdasarkan inspeksi yang telah dilakukan, Dusun Jagalan dengan 35 rumah yang diamati terdapat 5 rumah yang postif memiliki jentik dalam bak mandi. Adapun  perhitungan Density Figure pada Dusun Jagalan sebesar 3,6 yang artinya masuk ke dalam zona kuning yakni derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau perlu diwaspadai.Â

Sumber: Penulis
Selain itu, inspeksi yang dilakukan di Dusun Prejengan dengan total 45 rumah yang diamati terdapat 8 rumah yang postif memiliki jentik dalam bak mandi juga memiliki perhitungan Density Figure yang sama dengan Dusun Jagalan yakni sebesar 3,6. Artinya masuk ke dalam zona kuning yakni derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau perlu diwaspadai.
Kegiatan ini juga diselingi dengan sosialisasi terkait upaya preventif kasus DBD kepada masyarakat. Sosialisasi ini bertakjub SEMINAR (Semarak Indonesia Belajar Pasca Amati Jentik). Sosialisasi ini menyuguhkan beberapa materi yang relevan dengan kasus DBD yakni dari segi nutrisi, perilaku pencegahan DBD serta pengelolaan lingkungan yang tepat. Sosialisasi lanjutan bertujuan peningkatan wawasan masyarakat terkait pola penyakit DBD dan juga langka-langkah pencegahan DBD. Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan melalui gerakan 4M plus dan penggunaan Abate secara rutin. Strategi tersebut menjadi kunci utama dalam penanganan DBD selain mengetahui pola penyakit dari DBD itu sendiri. DBD memiliki pola penyakit berupa 3 fase utama yakni fase demam, fase kritis dan juga fase pemulihan. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku masyarakat. Oleh karena itu, penguatan Gerakan 4M plus dan penggunaan Abate sangat dianjurkan dalam setiap sosialisasi dilakukan.
Penulis: Ayik Mirayati Mandagi
Editor: Avicena C. Nisa