Universitas Airlangga Official Website

PPK BEM FIKKIA UNAIR Lawan Stunting

Pengenalan Isi Piringku Di Salah Satu Sekolah Dasar Desa Watukebo (Sumber: Istimewa)

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi terus memberikan sumbangsih demi kemajuan daerah. Setelah memperoleh pendanaan PPK ORMAWA 2024 dari KEMENDIKBUD, BEM FIKKIA melaksanakan kegiatan pengabdian melawan stunting di Desa Watukebo.

Berlangsung pada Juni hingga Oktober 2024. Para Ksatria Airlangga tersebut siap menjadikan Desa Watukebo sebagai desa sehat yang nyaman, bersih, dan aman. Mereka juga berusaha menurunkan kasus stunting di desa. Kegiatan PPK ORMAWA BEM FIKKIA bertempat di wilayah Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.

Ketua PPK BEM FIKKIA, Azizah Puspaningtyas menyatakan pemilihan Desa Watukebo telah melalui berbagai tahapan pemetaan dan kajian. Melalui pemetaan BEM FIKKIA menemukan stunting menjadi masalah kesehatan tertinggi. Hal tersebut juga sejalan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang tengah memerangi stunting di berbagai kawasan terpencil. 

Kegiatan dari PPK BEM FIKKIA bergerak sebagai aksi kolaborasi dalam akselerasi penurunan stunting. “Desa Watukebo kami pilih sebagai lokasi karena sejalan dengan lokasi fokus penurunan stunting oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi,” katanya.

Sosialisasi PHBS Bagi Siswa Sekolah Dasar (Sumber: Istimewa)

PPK Ormawa BEM FIKKIA telah menyusun beberapa program. Rumah Preventif, Inovatif, dan Kuratif (RUMPIKU) menjadi program unggulan mereka. RUMPIKU merupakan rumah pusat pembelajaran mengenai pencegahan dan penanggulangan stunting. 

Melalui program ini, mahasiswa melakukan sosialisasi program hidup bersih dan sehat, penyusunan modul dalam peningkatan kapasitas kader, hingga pemberian foodbar sebagai snack pendamping. “Lalu ada pembuatan buku cerita anak sebagai media pembelajaran dengan mengangkat unsur budaya yang ada di Desa Watukebo, yaitu jaranan,” tambah Azizah.

Tantangan terbesar adalah keterbatasan akses jalan, air, dan listrik yang masih sulit. Desa Watukebo juga masuk wilayah PERHUTANI yang membuat akses jalan beberapa kali tertutup akibat pohon tumbang. Namun, sambutan masyarakat yang hangat dan ramah membuat pengabdian terasa lebih menyenangkan. 

“Keseruannya banyak sekali, mulai dari warga sering diberi hasil perkebunan sayur hingga diajak mancing di Waduk Bajulmati,” ungkap Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FIKKIA Angkatan 2022 itu.

Azizah dan tim berharap dapat mewujudkan Desa Watukebo menjadi desa sehat dengan penurunan kasus stunting. Sehingga dapat tercipta generasi penerus bangsa yang sehat dan kuat untuk mencapai indonesia emas.

Penulis: Azhar Burhanuddin

Editor: Edwin Fatahuddin