UNAIR NEWS – Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Praktisi Mengajar Bahasa Indonesia Jurnalistik pada Kamis (16/5/2024). Acara itu terselengara secara luring di Ruang Siti Parwati, Lantai 2, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.
Acara yang dihadiri langsung oleh Editor IDN Times Jatim, Muhammad Zumroatul Abidin itu bertujuan untuk membekali mahasiswa terkait kepenulisan. Zumroatul menerangkan, media digital saat ini telah mengalami pergeseran karena beberapa hal.
“Maraknya media sosial dan kecerdasan buatan sempat menyebabkan kejatuhan pada media digital. Oleh karena itu, mau tidak mau penulisan jurnalistik harus berdamai dengan kecepatan informasi yang ada pada media sosial,” terang Zumroatul.
Berdamai dengan Media Sosial
Zumroatul menerangkan, kecepatan informasi yang ada pada media sosial seperti di TikTok, Instagram telah menjadi rujukan utama bagi masyarakat dalam mencari informasi. Hal itu tentu menyebabkan tantangan pada penulisan jurnalistik yang membutuhkan proses lebih lama karena kedalaman informasinya.
“Oleh karena itu, dalam menulis kita harus bisa beradaptasi dengan media sosial. Dalam informasi yang ada di media sosial, mungkin netizen tidak dapat membaca unsur 5W + 1H nya. Pada sisi inilah penulisan jurnalistik berperan,” terangnya.
Pada sisi kecepatan informasi, jurnalistik cenderung kalah. Namun, lanjut Zumroatul, jurnalistik akan tetap bertahan sebagai rujukan yang menyediakan ketepatan dan kelengkapan informasi.
Peran Media sebagai Kontrol Sosial
Zumroatul mengatakan, tantangan lain yang harus dihadapi oleh penulisan jurnalistik selain media sosial adalah adanya Search Engine Optimization (SEO). SEO merupakan praktik untuk mengoptimasi kualitas konten dari berbagai sisi agar website muncul di hasil pencarian ketika calon pengunjung mencari istilah tertentu di mesin pencari.
“SEO memiliki aturan sendiri agar suatu berita bisa terkualifikasi keterbacaannya. Sehingga, penulisan saat ini cenderung lebih memperhatikan aspek keterbacaan SEO daripada kedalaman informasi,” tuturnya.
Zumroatul melanjutkan, SEO itu bisa saja menjadi salah satu patokan dalam penulisan. Namun, tidak semua produk jurnalistik harus tunduk pada SEO. Jurnalistik harus tetap mempertahankan fungsinya sebagai kontrol sosial untuk membela keadilan.
“Tidak semua tulisan kita harus tunduk dengan SEO, karena terkadang jika terlalu mengacu pada SEO, tulisan menjadi kurang dalam. Hal ini harus diperhatikan betul, karena jurnalistik harus berpegang teguh untuk membela keadilan melalui berita yang ditulisnya,” pungkas Zumroatul.
Penulis: Muhammad Rizal Abdul Aziz
Editor: Yulia Rohmawati