Universitas Airlangga Official Website

Hari Ketiga PIMNAS, Peserta Sajikan Penelitian hingga Kenalkan Budaya Daerah

Para Peserta PIMNAS pada saat presentasi karya (Foto: PKIP UNAIR)
Para Peserta PIMNAS pada saat presentasi karya (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) tengah menjadi tuan rumah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37. Perguruan tinggi dari berbagai penjuru Indonesia turut berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini. Selain menunjukkan kemampuan akademik, PIMNAS juga menyimpan berbagai keseruan dan keunikan. Salah satunya lewat pengenalan dan pertukaran budaya antarmahasiswa peserta PIMNAS.

Salah satu peserta yang menarik perhatian adalah tim asal Universitas Negeri Padang (UNP). Tim ini mengenakan pakaian adat suku Mentawai saat presentasi karya pada Kamis (17/10/2024) di gedung Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C UNAIR.

Tim ini terdiri dari Aisha Shafitri, Puja Ilmi Agustin, dan Wilia Dhanosandi. Mereka presentasi karya hasil riset Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) dengan judul Peran Tata Spasial dalam Integrasi Kearifan Lokal sebagai Mitigasi Bencana Tsunami pada Masyarakat Suku Mentawai. Penelitian ini berlangsung di Mentawai, daerah yang rawan bencana tsunami. Dengan fokusnya pada bagaimana masyarakat setempat menggunakan kearifan lokal untuk mitigasi bencana.

 Peserta PIMNAS Asal Universitas Negeri Padang mengenakan pakaian adat suku Mentawai (Foto: Anggun Latifatunisa)
Peserta PIMNAS Asal Universitas Negeri Padang mengenakan pakaian adat suku Mentawai (Foto: Anggun Latifatunisa)

Aisha, salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa mereka sengaja mengenakan pakaian adat Mentawai untuk memperkenalkan budaya kepada peserta PIMNAS lainnya. “Kami memilih mengenakan pakaian adat Mentawai karena riset kami dilakukan di sana. Selain itu, kami juga ingin memperkenalkan kekayaan budaya daerah yang mungkin belum banyak dikenal,” ungkapnya.

Pakaian adat yang mereka kenakan cukup sederhana namun sarat makna. Terdiri dari Inu (kalung manik-manik) dan pakaian Laha. Masyarakat Mentawai biasa mengenakan pakaian tersebut dalam upacara adat. “Sebenarnya, pakaian asli Mentawai itu lebih sederhana, bahkan hanya menggunakan daun-daunan. Tapi kami memodifikasinya agar lebih sesuai untuk dikenakan di acara formal seperti ini,” tambah Puja.

Para peserta juga mendapatkan banyak perhatian dari rekan-rekan sesama mahasiswa. Beberapa bahkan bertanya mengapa mereka tidak mengenakan pakaian adat Padang seperti suntiang. “Kami jelaskan bahwa kami memilih pakaian adat Mentawai karena fokus penelitian kami di sana. Mentawai masih bagian dari Sumatra Barat. Jadi, ini juga merupakan cara kami mengangkat budaya dari wilayah tersebut,” tutup Wilia.

PIMNAS 37 tidak hanya menjadi ajang kompetisi ilmiah, tetapi juga ruang untuk pertukaran budaya sekaligus memperkenalkan kearifan lokal masing-masing daerah. Tim dari UNP berhasil memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membawa sepotong budaya Mentawai ke kancah nasional. 

Penulis: Anggun Latifatunisa

Editor: Yulia Rohmawati