Universitas Airlangga Official Website

Prodi Bahasa dan Sastra Jepang Gelar Pengmas Seni Sashiko di SMKN 6 Surabaya

Bertempat di SMKN 6 Surabaya, tim dosen Prodi Bahasa dan Sastra Jepang bekerja sama dengan Wastra Bumi S2 MM FEB UNAIR menyelenggarakan seminar dan lokakarya seni sashiko (Foto: Istimewa)
Bertempat di SMKN 6 Surabaya, tim dosen Prodi Bahasa dan Sastra Jepang bekerja sama dengan Wastra Bumi S2 MM FEB UNAIR menyelenggarakan seminar dan lokakarya seni sashiko (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengabdian masyarakat (pengmas) bertema seni budaya Jepang. Tim dosen Prodi Bahasa dan Sastra Jepang bekerja sama dengan Wastra Bumi S2 MM FEB UNAIR menyelenggarakan seminar dan lokakarya seni sashiko, salah satu teknik sulam tradisional Jepang. Kegiatan tersebut berlangsung pada Senin (19/5/2025) bertempat di SMKN 6 Surabaya,

Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengmas yang rutin terlaksana oleh program studi. Dengan tujuan memperkenalkan seni dan budaya Jepang secara langsung kepada generasi muda. Selain itu, sesuai dengan misi dari proyek Wastra Bumi, lokakarya ini harapannya dapat mengurangi dan mentransformasikan limbah tekstil menjadi komoditas bernilai seni dan mempunyai manfaat ekonomi yang tinggi. Kali ini, SMKN 6 Surabaya terpilih sebagai mitra pelaksanaan karena memiliki jurusan Tata Busana yang relevan dengan praktik sashiko.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Wakasek Humas SMKN 6 Surabaya, Misbahul Munir SAg MPd. Serta sambutan dari Ketua Wastra Bumi MM FEB UNAIR, Rendy Oktavianto ST. Keduanya menyambut gembira terlaksananya kegiatan pelatihan tersebut.

Dalam kegiatan ini, tim Prodi Bahasa dan Sastra Jepang FIB UNAIR di bawah pimpinan Nunuk Endah Srimulyani PhD memaparkan sejarah dan filosofi dari sashiko. Sashiko berarti “tusukan kecil” dalam bahasa Jepang. Teknik ini awalnya berkembang sebagai metode memperkuat dan memperpanjang usia kain di kalangan petani dan nelayan Jepang. Namun kini telah berkembang menjadi bentuk seni dekoratif yang elegan.

Tim pengmas Bahasa dan Sastra Jepang bersama para guru SMKN 6 Surabaya (Foto: Istimewa)
Tim pengmas Bahasa dan Sastra Jepang bersama para guru SMKN 6 Surabaya (Foto: Istimewa)

“Melalui sashiko, kami ingin memperkenalkan bahwa budaya Jepang tidak hanya terbatas pada bahasa dan anime belaka. Namun juga meliputi local wisdom Jepang yang dikemas dalam sebuah seni yang penuh makna. Sashiko tidak hanya menginspirasi kita untuk tidak lekas membuang kain yang berlubang dengan tambalan yang estetik. Tetapi sekaligus melatih ketekunan, konsentrasi, dan berbisnis secara kreatif,” ujar Nunuk.

Selama sesi praktik, sekitar 130 orang siswa dan guru SMKN 6 terlihat antusias menyulam pola sashiko pada kain katun menggunakan benang putih. Dengan bimbingan dari praktisi sashiko dan bantuan dari panitia mahasiswa, para peserta berhasil menciptakan motif sederhana di kain yang telah tersedia.

Salah satu siswa yang hadir, Delita, mengungkapkan rasa senangnya bisa belajar teknik menyulam dari Jepang dan berharap bisa mendapatkan pelatihan lanjutan. Senada dengan hal tersebut, Ketua Jurusan Tata Busana, Ayu juga berharap agar selain praktek menyulam, para guru dan siswa juga ingin belajar lebih banyak mengenai isu sustainability (keberlanjutan) untuk mengurangi sampah terutama sampah tekstil.

Sesi refleksi dan penyerahan kenang-kenangan dari tim UNAIR kepada pihak sekolah menjadi sesi penutup dalam kegiatan ini. Baik siswa maupun guru berharap kegiatan semacam ini bisa berlanjut secara berkala dengan tema-tema budaya Jepang lainnya serta dampak positif terhadap lingkungan sekitar.

Dengan berlangsungnya kegiatan ini, Prodi Bahasa dan Sastra Jepang FIB UNAIR tak hanya memberikan kontribusi dalam bidang edukasi dan pelestarian budaya. Tetapi juga menjalin hubungan yang lebih erat antara perguruan tinggi dan sekolah menengah kejuruan di Surabaya. Kegiatan ini membuktikan bahwa pengabdian masyarakat bisa menjadi wadah produktif bagi dosen dan mahasiswa untuk menerapkan ilmu sekaligus berbagi inspirasi lintas jenjang pendidikan.

Penulis: Tim Pengmas Bahasa dan Sastra Jepang

Editor: Yulia Rohmawati