UNAIR NEWS – Kasus orthopedi masih menjadi ancaman bagi pertumbuhan manusia. Secara umum kasus orthopedi terbanyak adalah patah tulang. Namun, kasus yang paling menghancurkan masa depan seorang anak adalah kecacatan, khususnya tulang belakang, skoliosis dan kifosis karena infeksi TBC tulang belakang.
Hal tersebut Prof Dr Komang Agung Irianto dr SpOT(K) sampaikan oleh dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar yang berjudul Teknologi Muktahir Bedah Tulang belakang Untuk Indonesia Maju. Prof Komang merupakan Guru Besar dalam bidang ilmu Orthopaedic Spine. Pengukuhan tersebut terlaksana pada Rabu (6/9/2023) di Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga.
“Survei pada 784 siswa SD dan SMP di kota Surabaya pada tahun 2016. Kami mendapatkan angka prevalensi skoliosis remaja sebesar 2,93 persen populasi di Surabaya dengan rasio perempuan terhadap laki-laki 4,7 banding 1,” ungkapnya.
Pandangan Negatif Bedah Orthopedi
Akan tetapi, menurutnya, walaupun kasus masalah orthopedi cukup banyak, Masyarakat yang pergi ke rumah sakit dengan masalah tersebut sangatlah sedikit. Ia menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kecilnya angka temuan di rumah sakit, antara lain momok tentang operasi tulang belakang yang menakutkan dan berbiaya sangat besar.
Sambungnya, bagi masyakat usia lanjut, rasa nyeri pada tulang belakang sangat mengganggu kualitas hidup. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, seperti proses degenerasi dan osteoporosis. Dilema selalu timbul saat penderita memerlukan tindakan operasi tulang belakang. Bila tidak operasi, kondisi tiduran di tempat tidur akan sangat menurunkan kualitas hidup, sedangkan bila operasi, mitos tentang bahaya operasi masih menjadi resistensi luar biasa.
“Banyak inovasi dan modifikasi diupayakan untuk meningkatkan keberhasilan pembedahan, mengurangi lamanya operasi, serta menurunkan komplikasi,” tambah guru besar aktif Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR ke-132 tersebut.
Menjawab Tantangan dengan Teknologi
Namun, teknologi yang berkembang, setidaknya 20 tahun terakhir, menurutnya dapat menjawab keraguan atas pembedahan tulang belakang yang sebelumnya jarang berhasil, dan mengerikan. Teknologi serat optik berguna untuk dapat melihat bagian dalam tubuh dengan meletakan kabel berdiameter kurang dari satu centimeter.
Dengan teknik tersebut, dimungkinkan untuk melihat tulang belakang dari anterior. Alat bor untuk memasang screw memiliki pelindung sehingga aman digunakan bersebelahan dengan organ jantung dan paru. Operasi rekonstruksi skoliosis dapat dilakukan dengan membuat lubang pada dinding dada tempat memasang screw, tidak perlu membuat irisan pada punggung sepanjang 20-40 cm.
“Teknologi serat optik endoskopi untuk pembedahan membuat pembedahan minimal invasi dimungkinkan. Dengan pembedahan endoskopi, irisan operasi kurang dari 2 cm, tidak perlu membuat luka panjang dengan memotong jaringan otot,” ungkapnya.
Teknologi Mikro endoskopi dilanjutkan dengan teknologi membuat portal dan working space di bawah kulit, pada jaringan ikat di atas struktur tulang belakang dengan visualisasi kamera optik dan dipantau dengan monitor (Percutaneous Endoscopy Lumbal).
Teknik uniportal dan biportal (Biportal Endoscopy Spinal Surgery) bahkan dilakukan dengan cara percutaneous. Teknik ini membuat perdarahan minimal, operasi cepat dan akurat, sehingga menurunkan risiko komplikasi operasi terutama bagi orang tua yang rentan dengan komorbid dan infeksi.
“Perkembangan teknologi bedah tulang belakang seperti artificial intelligent sangat membantu ahli bedah orthopedic spine dalam penanganan kelainan tulang belakang,” ujarnya.
Penulis : Afrizal Naufal Ghani
Editor: Khefti Al Mawalia