UNAIR NEWS – Anggapan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) hanya menjadi beban keluarga dan tidak memiliki kemampuan atau potensi, berusaha dikikis oleh mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi dalam pengabdiannya di SLB ABCD PGRI Kalipuro, Kelurahan Bulusan, kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.
Setelah dilakukan sosialisasi secara cukup ke berbagai pihak terkait, termasuk perencanaan program dan perijinan, lima orang mahasiswa yang melaksanakan pengabdian selanjutnya melakukan pembelajaran kepada siswa-siswa ABK di SLB tersebut. Yang diajarkan meliputi peningkatan pengetahuan terkait lingkungan hidup dan sampah, pemanfaatan potensi lingkungan, pelatihan pengolahan sampah secara mudah, dan pelaksanaan penanaman 100 pohon penghijauan.
Lima mahasiswa penggiat tersebut adalah Inriza Yuliandari (Ketua/2015), Nahda Ruce Triyanti (2015), Yuniar Faraizka Amalia (2015), Aulia Ivana Romli (2015), dan Ikhya’ Ulumuddin (2014). Tujuan pengabdian masyarakat ini untuk mengetahui cara pengoptimalan potensi serta pengetahuan para siswa ABK di SLB tersebut.
Bahkan, dalam penanaman 100 pohon penghijauan itu anak-anak ABK itu melakukannya bersama orang tuanya, guru pembimbing, Lurah Kalipuro, Perwakilan LSM Bengkel Kreasi Banyuwangi, wakil instansi terkait lainnya, di Pantai Waru Doyong, Desa Bulusan, Kec. Kalipuro, Banyuwangi.
”Tema kegiatan ini kami sesuaikan dengan kurikulum di SLB ABCD PGRI Kalipuro. Karena dalam kurikulum ini belum ada bentuk pelaksanaan kegiatan, sehingga kami berusaha untuk memberikan sesuatu inovasi yang baru, berbagai pelatihan tadi,” kata Inriza Yuliandari, ketua kelompok mahasiswa UNAIR Banyuwangi ini.
Kegiatan ini kemudian mereka susun dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang pengabdian masyarakat (PKMM) dengan judul ”Optimalisasi GEN PEKUNG (Generasi Peduli Lingkungan) pada Siswa Berkebutuhan Khusus di SLB ABCD PGRI Kalipuro Banyuwangi.”
”Bersyukur proposal kami ini dinilai Dikti berhasil lolos seleksi dan berhak memperoleh dana pembinaan dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2016-2017,” tambah Inriza Yuliandari.
Dengan diterimanya proposal PKMM ini, diakui inovasi tim ini menjadi lebih bersemangat, dikemas secara menarik, disertai kegiatan pemberdayaan berupa peningkatan pengetahuan serta praktik lapangan untuk meningkatkan semangat dan rasa percaya diri siswa ABK.
Diterangkan oleh Inriza, Desa Kalipuro di Banyuwangi ini merupakan salah satu daerah yang terletak cukup jauh dari pusat kota (11 km). Disini berdiri lembaga pendidikan SLB ABCD PGRI Kalipuro, sekolah khusus bagi anak-anak penyandang disabilitas. Di SLB ini terdapat enam siswa tuna grahita, 15 siswa autis, tiga siswa Cerebral Palsy (CP), 3 anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan 4 anak kategori Anak Kesulitan Belajar (AKB), dan amsing-masing seorang siswa tuna runggu dan Down Syndrome (DS).
Menurut keterangan Kades Bulusan, sebagian besar masyarakat disini cenderung beranggapan bahwa ABK hanya menjadi beban keluarga dan tidak memiliki kemampuan atau potensi yang dapat dioptimalkan atau dikembangkan sebagai suatu keahlian tersendiri. Masyarakat juga tidak tahu apa yang harus diperbuat dan diberdayakan kepada anak-anak berkebutuhan khusus itu.
”Dari penjelasan seperti inilah kami dari mahasiswa UNAIR di PSDKU Banyuwangi ingin berbuat sesuatu, yang tentu saja sifatnya edukatif,” tandas Inriza mengakhiri penjelasannya. (*)
Editor : Bambang Bes