n

Universitas Airlangga Official Website

Program KASIH WUS untuk Tekan Angka Keguguran dan Kecacatan Bayi Lahir

UNAIR NEWS – Beragam pengabdian telah dilakukan oleh sivitas akademika UNAIR. Tidak hanya dosen, banyak mahasiswa yang juga turut andil untuk mengentaskan permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh  Nurul Tri Wahyudi (FKH/2013), Rizqi Zuoida (FKM/2013), Anjar Ani (FKp/2013), Arya Bagaskara (FKH/2013), Romy Muhammad Dany (FKH/2013). Bertempat  di Posyandu Wonokusumo Surabaya, Nurul Tri Wahyudi dan tim melalui Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM-M), melakukan program KASIH WUS (Kader Usaha Sehat Wanita Usia Subur), hal tersebut dilakukan sebagai langkah preventif toxoplasmosis guna menekan angka keguguran dan kecacatan lahir bayi.

Nurul Tri Wahyudi yang akrab dengan sapaan Tri mengungkapkan, bahwa ide tersebut muncul dari banyaknya persepsi mengenai kucing yang berkembang di masyarakat. Ada sebagian yang suka memelihara hewan tersebut, ada juga yang sama sekali tidak menyukainya karena faktor kesehatan. Bagi Tri, persepsi tersebut tidaklah salah, kucing memang membawa penyakit, namun pengetahuan tentang cara merawat dan mengantisipasi penyakit yang dibawa sangatlah penting dikenal oleh masyarakat.

“Banyak masyarakat yang enggan memelihara kucing karena bulunya, padahal kotoran kucing itu yang membawa penyakit toxoplasmosis, yang mana penyakit infeksi ini bisa menyebabkan keguguran dan kecacatan lahir bayi,” jelas Ketua Tim PKM tersebut.

Tri dan tim, konsen pada kegiatan tersebut karena penyakit yang dibawa sama berbahayanya dengan HIV/AIDS. Terlebih, kucing merupakan hewan peliharaan yang sangat dekat dengan manusia.

“Sebenarnya penyakit ini sama dengan AIDS, menurunkan imun, berbahaya lagi saat hamil, bisa keguguran, cacat pada bayi dan keterbelakangan mental,” tegasnya.

Menambahkan pernyatan Tri, Rizqi Zuroida menjelaskan, bahwa PKM-M yang diusungnya bersama tim merupakan tahap pencegahan untuk mengedukasi masyarakat, pasalnya masyarakat Indonesia belum paham dengan penyakit tersebut. Selain itu, demi menyukseskan program tersebut, maka disusun menjadi berbagai tahap, mulai sosialisasi kepada kader posyandu, sosialisasi kepada wanita usia subur, sosialisasi toxoplasma secara umum.

TIM KASIH WUS bersama Anggota BSMI (Foto: Istimewa)
TIM KASIH WUS bersama Anggota BSMI (Foto: Istimewa)

“Pertama kami memang adakan sosialisasi agar mereka paham, setelah itu kami mendatangkan Prof. Dr. Lucia Tri Suwanti, drh., selaku pembina kami, dengan datangnya beliau pemahaman warga agar lebih mantap,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Rizqi tersebut.

Rizqi juga menambahkan setelah sosialisasi, tahap selanjutnya yakni membentuk kader. Setidaknya ada 10 orang posyandu, 5 orang volunteer untuk selanjutnya bisa dikembangkan ke RT sekitar.

“Saya harap  dengan program ini, Wonokusumo bisa jadi kampung teladan,” tambah Rizqi.

Di akhir wawancara, Tri juga berharap bahwa masyarakat bisa memahami potensi dan bahaya dari hewan yang ada di lingkungan, dengan demikian masyarakat lebih sehat dan terhindar dari kecacatan. (*)

Penulis : Nuri Hermawan
Editor    : Dilan Salsabila