Universitas Airlangga Official Website

Program Studi Battra Kenalkan Jamu Tradisional ke Masyarakat Mancanegara

WEBINAR Battra on the Move (BOTM) yang diselenggarakan oleh Program Studi Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga pada Minggu (22/11/2020) kemarin. (Foto : istimewa)

UNAIR NEWS – Jamu adalah salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Selain menjadi jati diri yang berharga, obat tradisional itu juga memiliki segudang manfaat. Meskipun demikian, jamu tampaknya belum dikenal luas oleh negara-negara tetangga.

Untuk itu, Minggu (22/11/2020) kemarin Program Studi Pengobat Tradisional (Battra) Fakultas Vokasi (FV) menginisiasi webinar bertajuk Battra on the Move (BOTM). Melalui acara itu, jamu tradisional Indonesia dikenalkan pada 420 peserta webinar yang berasal dari Kanada, Malaysia, Indonesia, Thailand, hingga Afrika Barat.

Seperti yang kita tahu, jamu merupakan ramuan herbal yang sejak lama telah digunakan di Indonesia. Menurut Dosen Fakulas Farmasi (FF) UNAIR Prof. Dr. Apt., Mangestuti Agil, MS., Indonesia memiliki 400 resep jamu yang berbeda.

“Ada 400 suku, yang mana setiap suku memiliki resep dan formulasi jamu tersendiri. Artinya ada sebanyak 400 formula jamu yang berbeda di Indonesia,” ujarnya ketika menyampaikan materi.

Kepada peserta, Prof. Mangestuti juga mengenalkan sejumlah nama Jamu yang popular di Indonesia. Di antaranya jamu uyup-uyup; wedhang uwuh; dan wedang jahe.

Dia mengatakan, jamu uyup-uyup terbuat dari kombinasi herba yang mampu menghilangkan rasa pegal di tubuh. Selanjutnya, dia juga mengenalkan wedang jahe sebagai minuman herbal pencegah kanker. Menurutnya, jahe memiliki kandungan yang berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamatori dan antikanker.

Sementara itu, Prof. Mangestuti menyebut wedhang uwuh sebagai jamu yang mangandung banyak manfaat. Di antaranya sebagai antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, hingga menangkal penuaan dini. “Ini sangat popular, terutama di Jawa,” pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Mangestuti juga sedikit memaparkan cara mengolah bahan herba menjadi jamu. Dia juga menjelaskan beberapa bahan alami yang kerap digunakan sebagai jamu. Seperti jahe, cengkeh, pala, bawang, dan cabai.

Dia menambahkan, di Jawa, jamu juga berperan besar dalam tahapan kehidupan wanita. Mulai dari jamu kunyit asam yang bermanfaat sebagai pereda nyeri haid, hingga jenis-jenis jamu yang dapat digunakan untuk perawatan tubuh.

Pada akhir, Prof. Mangestuti menandaskan bahwa komposisi ramuan herbal dalam jamu mampu mengelola kesehatan secara efektif. Jika dikonsumsi rutin, Jamu dapat menjaga keseimbangan alami dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

“Mengonsumsi jamu dapat menjaga kita dari semua kemungkinan penyakit dan membatu kita tetap sehat setiap saat,” tutupnya.

Dalam kesempatan tersebut, terdapat dua pembicara lain. Di antaranya adalah Ir. Dwi Mayasari Tjahjono, S.Pd., M.MPar., Dipl.Cidesco, Dipl.Cibtac, Dipl.IFA dari Pacific International Beautry Institute. Serta Miss. Phattiraporn Khiewsanun, Practitioners of Thai Traditional Medicine & Spa. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Khefti Al Mawalia