Universitas Airlangga Official Website

Pylorus Ganda pada Perdarahan Saluran Cerna Atas

Sumber: KlikDokter

Pilorus ganda, juga dikenal sebagai acquired double pylorus, adalah kondisi langka yang dapat  didefinisikan sebagai fistula gastrointestinal yang dapat menjadi penghubung antara antrum lambung dengan bulbus duodenum, yang sebelumnya telah diteliti oleh Smith dan Tuttle pada tahun 1969. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christine pada tahun 1971, yang menyatakan bahwa pilorus ganda dapat terjadi sebagai kelainan bawaan yang dapat disertai dengan kelainan bawaan lainnya. Pilorus ganda adalah kelainan yang sangat langka. Frekuensi pilorus ganda dapat  bervariasi mulai dari 0,001 hingga 0,4% yang dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi saluran pencernaan bagian atas (EGD). Beberapa kasus yang telah  dilaporkan terutama di negara-negara Asia dan negara lainnya menyatakan bahwa pylorus ganda lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Untuk prevalensi kejadian pylorus ganda di Indonesia belum ditemukan adanya data pendukung yang cukup.

Meskipun etiologi pylorus ganda masih belum pasti, namun perkembangan pilorus ganda dapat dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan obat antiinflamasi non steroid (NSAID). Kasus pilorus ganda pada umumnya merupakan komplikasi dari tukak lambung kronis. Diagnosis pada Pilorus ganda penting untuk dilakukan karena dapat disebabkan oleh ulserasi yang berulang dan juga dapat terjadi karena kegagalan pembentukan epitel di saluran fistula. Perkembangan pilorus ganda masih belum diketahui dengan pasti, tetapi banyak penyakit yang bersifat sistemik memainkan peran sebagai penyebab pylorus ganda. Pada pilorus ganda bawaan, kerusakan dapat terjadi pada pembentukan saluran pilorus saat fase embrio.

Pilorus ganda tidak memiliki tanda dan gejala patogenomik. Biasanya terdapat gejala dari penyakit dyspepsia, seperti nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung dan perdarahan gastrointestinal. Namun pilorus ganda dapat teridentifikasi secara kebetulan selama melakukan  pemeriksaan EGD. Penanganan pylorus ganda difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan mukosa pada tukak lambung. Pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan gejala refraksi seperti tukak berulang, pompa proton inhibitor (PPI), dan obstruksi lambung.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan Laporan Kasus di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Case Reports in Gastroenterology. Pada laporan kasus tersebut, peneliti menghadirkan kasus dari seorang pria berumur 59 tahun yang dirawat di RSUD dr Soetomo dengan keluhan hematemesis dan melena. Pasien tersebut memiliki riwayat penyakit diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu dan mengonsumsi obat herbal untuk mengatasi mialgia yang dicurigai sebagai OAINS selama 5 bulan terakhir. Pasien tersebut mengalami anemia dengan hemoglobin 8,3 g / dL, azotemia enterogen dengan nitrogen urea darah 28 mg / dL dan kreatinin serum 1,14 mg / dL. Pada pemeriksaan EGD, dapat ditemukan pilorus ganda dan disertai dengan adanya tukak lambung, dasar tukak besar berwarna putih, dimana bagian luarnya tertutup oleh pembekuan sebagai tanda perdarahan aktif. Biopsi menunjukkan gastritis kronis yang tidak aktif dan tidak ada H. pylori ditemukan. Perawatan utama bergantung pada penekanan asam gastrointestinal melalui pompa proton inhibitor (PPI). Pasien diberi PPI dosis tinggi dan agen pelindung mukosa. Pasien tersebut telah dirawat selama 1 minggu dan keluhannya sudah membaik.

Penatalaksanaan pylorus ganda harus fokus pada faktor-faktor yang menghambat penyembuhan mukosa. NSAID dan kortikosteroid harus dihindari. Pada sebagian besar pasien, pilorus ganda memiliki respons yang baik saat pemberian perawatan medis, seperti PPI, reseptor antagonis H2, antasida dan pelindung mukosa agen, baik terlepas dari apakah pilorus ganda bertahan atau tidak. Penghentian penggunaan NSAID sangat dianjurkan karena gejala akan berkurang, kambuhnya maag dapat dicegah, dan pilorus ganda akan menutup. Intervensi dengan cara pembedahan bukanlah terapi utama yang dianjurkan. Menurut sebuah studi retrospektif, pada pilorus ganda yang diobati dengan menggunakan reseptor antagonis H2 atau PPI, pilorus ganda tetap terbuka pada sebagian besar pasien sebesar 64%, menyatu dengan pilorus normal sebesar 27% dan menutup hanya pada 9% kasus. Komplikasi yang terjadi adalah obstruksi saluran  lambung dan ulserasi lambung secara persisten. Perawatan utama tergantung pada asam gastrointestinal dengan penekanan melalui PPI. Dalam kasus yang diangkat pada laporan kasus ini, pasien diberi PPI dosis tinggi dan agen pelindung mukosa. H. pylori memainkan peran penting dalam perkembangan tukak dan tukak kronis. Namun, peneliti tidak menemukan H. pylori dalam spesimen biopsi pada kasus ini. Pasien harus segera ditindaklanjuti dan EGD diulang untuk menilai perbaikan ulkus dan apakah pilorus ganda tetap terbuka, menyatu dengan pilorus normal atau tertutup.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di Case Reports in Gastroenterology. Berikut link artikel:

https://www.karger.com/Article/FullText/513804

Penulis: Muhammad Miftahussurur