UNAIR NEWS – Lokakarya “Ritus Liyan” Airlangga Institute for Indian Ocean Crossroad (AIIOC) telah memasuki penghujung kegiatan, yakni Jumat (22/3/2024). Berlangsung di Kampung Plampitan, Kelurahan Peneleh, Surabaya, program itu kembali mengulas perkembangan metodologi penelitian. Kembali hadir dalam kegiatan, Bintang Putra selaku Direktur Operation for Habitat Studies bersama Aarti Kawlra selaku Direktur Akademis Humanities Across Borders.
Latar Belakang Penelitian
Dalam pemaparannya, Bintang mengutip pernyataan dari Kepala Bappedalitbang, “Semoga cepat lulus dari kampung dan pindah ke hunian yang lebih layak.” Ia mengatakan, keadaan negara berkembang saat ini sebenarnya telah berkaca pada negara-negara maju.
Fokus yang tertanam tentang bagaimana negara tampil dan membawa masyarakat berkembang menuju spektakuler, pertumbuhan ekonomi yang tidak terbatas. Padahal, kata Bintang, negara-negara maju justru seringkali menjadi penyumbang kerusakan. “Padahal di balik negara-negara yang maju, justru menjadi penyumbang kerusakan misalnya saja climate change,” ujar Bintang.
Sangat terlihat jelas keadaan kesenjangan atau kontras dalam sebuah kota, sebagai contoh pada daerah Tunjungan Plaza yang juga berjejer berbagai apartemen dengan Kampung Ketandan. Gambaran kontras itu menunjukkan bahwa terdapat permasalahan dalam perkampungan tersebut. Oleh karena itu, perlu solusi serta ilmu untuk mengatasi masalah tersebut. “Padahal sebenarnya yang perlu diberikan solusi, diajari justru gedung-gedung itu. Dan perkampungan malah ramah lingkungan dengan sedikit memberi limbah,” tambahnya.
Apresiasi Aarti Kawlra
Di sisi lain, Aarti Kawira, sangat bersyukur atas proses penelitian yang berjalan dengan baik. Minggu yang sangat produktif baik bagi tim juga para partisipasi dalam penelitian ini. Melalui itu, para peneliti dapat mengetahui tentang kisah di balik suatu tempat, dengan saling berbagi, bercerita, sehingga akan mendapatkan informasi. “Dari kegiatan-kegiatan tersebut kita bisa tahu bahwa bercerita dapat menjadi bagian dari strategi penelitian,” ujar Aarti.
Dari gambar, percakapan, pengalaman, pemandangan, suara, rasa mengungkap suatu tatanan mendasar dan membentuk dasar dari suatu wawasan. Produksi kreatif, momen-momen penelitian serta keterlibatan yang dinamis membawa pada pengetahuan tentang tempat beserta rasa kepemilikannya. “Bahkan pada aspek-aspek seperti mitos, atau norma-norma sosial keseharian, aturan-aturan pemerintah bersatu untuk dibaca ulang dengan mempertimbangkan masa kini dan yang akan datang,” terangnya.
Kegiatan ditutup dengan pemberian apresiasi berupa hadiah oleh Lina Puryanti S S M Hum Ph D selaku Wakil III Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Aarti KawIra. Lina memberikan kain ecoprint pada Aarti KawIra dan dibalas dengan kain berbentuk selendang yang berasal dari Mali, Afrika.
Penulis: Annisa Nabila
Editor: Yulia Rohmawati