Universitas Airlangga Official Website

Rekayasa Genetik Jadi Terobosan Gubes UNAIR Optimalkan Produktivitas Akuakultur

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar Pengukuhan Jabatan Guru Besar (Gubes) pada Rabu (25/10/2023). Prof Dr Akhmad Taufiq Mukti SPi MSi menjadi salah satu Guru Besar Bidang Ilmu Genetika dan Reproduksi Ikan yang dikukuhkan. Dalam sidang pengukuhannya, Prof Taufiq menyampaikan orasinya dengan judul Rekayasa Genetik dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Akuakultur. Kesempatan tersebut jadi momen Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) itu untuk menyampaikan terobosannya dalam pengoptimalan gerak produksi akuakultur.

Benih Jadi Kunci

Tahun 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan kontribusi perikanan Indonesia sebesar 30,4 juta ton melalui produksi tangkap dan akuakultur. Target itu, kata Prof Taufiq, menjadi upaya untuk mengejar ketertinggalan produksi perikanan Indonesia di dunia, terutama tingkat Asia.

“Dengan mendorong kontribusi akuakultur sebesar 68 persen, produktivitas akuakultur menjadi tantangan yang harus kita tingkatkan untuk mencapai target tersebut,” jelas Prof Taufiq.

Menurutnya, kunci keberhasilan untuk meningkatkan produktivitas akuakultur bergantung pada kualitas benih. Benih ikan harus memiliki kualitas dan performa yang baik sehingga upaya peningkatan produktivitas akuakultur dapat segera tercapai.

“Faktor utama dalam meningkatkan akuakultur adalah ketersediaan benih ikan yang berkualitas dengan performa yang tinggi, tahan terhadap penyakit, kelulushidupan tinggi, serta toleransi terhadap tekanan lingkungan,” terangnya.

Lebih lanjut, Prof Taufiq juga menerangkan jika produksi benih dengan kualitas tinggi tersebut harus berjalan beriringan dengan kuantitasnya. Optimalisasi kualitas dan kuantitas benih ikan akan menjadi penyokong utama dalam meningkatkan produktivitas akuakultur yang ada di Indonesia.

Rekayasa Genetik

Dalam orasi tersebut, Prof Taufiq juga menyampaikan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kualitas benih, salah satunya melalui rekayasa genetik. Metode rekayasa yang ia gunakan juga tidak terbatas, yakni dengan menggunakan metode klasik dan juga modern. 

Untuk membuktikan klaimnya itu, ia kemudian berkolaborasi dengan sejumlah pihak luar kampus, misalnya Hatchery Nila Kekar (HNK) Pasuruan. Ia melakukan rekayasa genetik berupa manipulasi kromosom seks untuk memproduksi ikan nila super dengan kromosom YY.

“Bersama HNK kita sedang mengembangkan bagaimana memproduksi ikan dengan kromosom YY. Sehingga kalau YY ini kawin dengan XX anaknya adalah jantan semua dan HNK sudah mendapatkannya. Ikan nila itu produksinya lebih cepat jantan sehingga kenapa sekarang tumpuannya adalah memproduksi jantan secara masal,” ungkapnya. 

“Sekarang,” sambung Prof Taufiq,  “lagi perkembangan  betina YY. Sehingga nantinya tidak lagi perlakuan, tetapi sudah bisa manipulasi alami.”

Berdasarkan efisiensi, efektivitas, dan kemudahannya, Prof Taufiq mengatakan jika adopsi metode rekayasa genetik seharusnya dapat tersebar ke masyarakat luas. Dengan perluasan itu, rekayasa bukan hanya akan membantu masyarakat dalam perekonomian, melainkan juga membantu pemerintah mempercepat pencapaian targetnya.

“Rekayasa genetik menjadi alternatif pilihan yang potensial untuk berkembang di masyarakat sebagai upaya membantu pemerintah dalam peningkatan produktivitas akuakultur Indonesia,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Badrul Anwar

Editor: Bintu Q Masruroh