UNAIR NEWS – Perkembangan zaman semakin menggerus budaya Nusantara kita. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah budaya dan tradisi dianggap kurang relevan untuk dilakukan saat ini, namun tetap perlu adanya pelestarian budaya supaya Indonesia masih memiliki ‘jati diri’nya. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora, Adma dan tiga mahasiswa UNAIR berhasil mendapat pendanaan berkat penelitian dengan judul “Wayang Wali: Menelisik Nilai Transpersonal dan Kesalehan Sosial Budaya Kabupaten Blitar yang Tersembunyi sebagai Manifestasi Nilai-Nilai Religius”.
Tim tersebut beranggotakan Adma Novita Sari (statistik 2021), Pressylia Aluisina Putri W (statistik 2021), Moh. Suma Firman Romadhoni (administrasi publik 2022), dan Bima Sakti Putra Yusuf (psikologi 2021).
“Sebenarnya itu unik karena dijadikan sebagai media dakwah dan memberi nilai moral kepada masyarakat tetapi masih belum terlestarikan dan berkembang dengan baik,” ungkapnya.
Wayang Wali dan Tingkat Kesalehan
Wayang Wali merupakan kesenian wayang yang diciptakan oleh Ki Sudrun dari Desa Kencreng, Kecamatan Nglegok. Wayang Wali diciptakan sebagai media dakwah memiliki beberapa ciri khas yang berbeda dengan kesenian wayang lainnya. Karena sebagai media dakwah, kata Adma, Wayang Wali memiliki tokoh serta jalan cerita yang tidak pakem.
“Tidak pakem seperti wayang kulit, karena dijadikan sebagai media dakwah jadi tokohnya menyesuaikan dengan kajian yang diangkat,” jelasnya.
Penelitian Adma dan tim juga berfokus pada hubungan antara kebudayaan itu terhadap psikologi transpersonal indeks kesalehan sosial di Blitar.

Motivasi, Kendala, dan Harapan
Adma mengatakan bahwa motivasi timnya mengikuti PKM-RSH adalah ingin memberikan dampak luas pada masyarakat melalui riset, serta menorehkan prestasi sebagai mahasiswa. Adma merasa tidak ada kendala yang sulit dihadapi, pihak Ki Sudrun dan pemerintah merespon baik niatan riset tim Adma.
“Kami sudah survei ke keduanya dan mendapat respon positif dari kedua belah pihak. Kendalanya sendiri mungkin pencocokan jadwal wawancara serta mobilitas. Karena kami harus bolak-balik Surabaya-Blitar,” tuturnya.
Ia berharap riset yang tim lakukan dapat berdampak baik, membantu pengenalan dan pelestarian, serta pematenan wayang tersebut di Kabupaten Blitar. “Dengan riset ini juga semoga para budayawan wayang wali bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah,” tegasnya.
Penulis: Muhammad Naqsya Riwansia
Editor: Feri Fenoria
Baca Juga:
Inovasi Kapal Listrik UNAIR Lolos Pendanaan PKM
Inovasi Sarung Tangan Cerdas Berhasil Antarkan Tim Glovitoo Raih Pendanaan PKM