Universitas Airlangga Official Website

RS UNAIR Rilis Lagu, Bentuk Dukungan pada Penderita HIV

Suasana perilisan lagu sekaligus menyanyikan bersama lagu Selamat Tinggal HIV pada Sabtu (9/12/2023) di Hall Dharmawangsa RS UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS –  Rumah Sakit (RS) Universitas Airlangga (UNAIR) merilis lagu pada Sabtu (9/12/2023) di Hall Dharmawangsa RS UNAIR. Lagu tersebut berjudul Selamat Tinggal HIV. Perilisan lagu ini bersamaan dengan momen perayaan Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember.

Direktur RS UNAIR, Prof Dr Nasronudin dr SpPD KPTI FINASIM menjadi sosok pencipta lagu ini. Lagu ini Prof Nasron ciptakan sebagai bentuk dukungan kepada penderita HIV. “Kami ingin memberikan semangat, motivasi kepada pasien HIV agar tidak pupus harapan. Lagu ini sebagai suntikan semangat kepada mereka agar tetap kuat dalam menjalani kesehariannya,” katanya.

Inspirasi Lirik Lagu

Prof Nasron menceritakan bahwa ia mendapat inspirasi lirik lagu saat melakukan perjalanan dinas ke Swiss. Saat itu Prof Nasron dan beberapa kolega berkesempatan mengunjungi Pegunungan Alpen. “Dari situ saya mendapatkan inspirasi untuk menyusun lagu. Lagu ini sebenarnya sebuah ceramah tapi dalam bentuk lagu,” tuturnya. 

Lagu ini mengisahkan pasangan pengantin baru yang berlibur ke Pegunungan Alpen. Mereka menikmati keindahan alam yang ada. Setelah liburan usai, mereka melakukan konsultasi kepada dokter. Hal ini lantaran mereka mengalami beberapa masalah seperti badan semakin kurus, tatapan menjadi redup, dan menjadi lebih murung.

Setelah berkonsultasi ternyata dokter memvonis bahwa mereka mengidap HIV. Tentu hal ini berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis mereka. “Hal yang ingin saya sampaikan pada lagu adalah bangkit kembali, menata hari-hari dan tetap ceria. HIV bukan akhir dari segalanya. Hal yang harus dieliminasi itu HIV-nya bukan orangnya, maka dari itu judulnya Selamat Tinggal HIV,” terang Prof Nasron. 

Sementara dr Wiwiek Indriyani Maskoep SpPD FINASIM menerangkan bahwa manusia memiliki beberapa sisi dimensi. Sisi dimensi tersebut terdiri atas fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. “Kami dampingi mereka (Penderita HIV, Red) dari semua sisi dimensi. Jadi kami berpikir bagaimana untuk mengatasi masalah ini dengan cara pendekatan komunitas,” ujarnya.

Lebih lanjut, menurut dr Wiwiek lagu ini menjadi penyampaian bentuk edukasi kepada masyarakat.”Lagu ini ada musik keroncong, dangdut, sampai rap. Kami ingin lagu ini bisa masuk ke dalam semua lini termasuk anak muda,” pungkasnya. 

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Nuri Hermawan