UNAIR NEWS – Mahasiswa KIP-K SIKIA UNAIR Banyuwangi dihadapi kendala mengenai ATM dan KTM KIP-K yang hingga saat ini masih belum diterima oleh mereka. Selain itu, masih banyak yang penasaran mengenai alasan perbedaan jumlah bantuan dana pemerintah untuk KIP-K 2021 dengan KIP-K sebelumnya dan bidikmisi.
Maka dari itu, sebagai salah satu kementerian di AUBMO SIKIA UNAIR Banyuwangi yang bertugas menyalurkan aspirasi atau keluhan mahasiswa Bidikmisi dan KIP-K, Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) mengadakan forum RASAN (Ruang Aspirasi dan Ngobrol Santai) bertajuk Bahas Tuntas KIP-K Merdeka dan ATM KIP-K. Forum dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting pada Sabtu siang (18/06/2022).
“Tujuan diadakannya acara ini agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan KIP-K Merdeka dengan KIP-K atau Bidikmisi. Mengapa nominalnya juga berbeda. Selain itu juga Mahasiswa Angkatan 2021 yang masih bertanya tentang ATM KIP-K, semoga dengan adanya acara ini membantu menjawabnya,” ungkap Rafles Ibrahim Hutasoit selaku ketua pelaksana acara tersebut.
Perlu diketahui bahwa KIP-K merupakan bentuk bantuan dana pemerintah kepada siswa yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Beasiswa tersebut awalnya diberi nama Bidikmisi, namun pada tahun 2020 lalu berganti menjadi KIP-K (Kartu Indonesia Pintar Kuliah). Dana bantuan yang diberikan sama rata kepada seluruh peserta yakni Rp 700.000,00 per bulan. Namun, untuk KIP-K di tahun 2021 terdapat perbedaan pada bantuan dana yang diberikan.
“Mengenai alasan perbedaan biaya hidup itu sudah ketentuan dari Kemendikbud. Dikarenakan memang ada pertimbangan khusus dari pemerintah jika melihat masukan dari masyarakat umum. Untuk KIP-K 2021 hampir ¼ anggaran Kemendikbud terpakai untuk KIP-K. Biaya hidup tersebut dibagi menjadi 5 klaster daerah sesuai dengan indeks kemahalan tempat mahasiswa berkuliah,” terang Titik Savitri, S.Pd. selaku Kepala Sie Kesejahteraan Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga.
Terkait dengan masalah ATM dan KTM KIP-K yang belum diterima mahasiswa, panitia telah mengundang pihak bank BNI UNAIR untuk menjelaskan mengenai permasalahan tersebut. Berdasarkan penjelasan dari pihak bank BNI UNAIR, keterlambatan pengiriman KTM dan ATM dikarenakan adanya kebijakan baru dari Bank Indonesia yang mewajibkan penggunaan kartu ATM ber-chip.
“Semenjak dikeluarkannya perintah dari pusat tersebut, seluruh bank berbondong-bondong mengubah atm menjadi ber-chip, sehingga terdapat keterbatasan kuota ATM dan pembuatannya masih memerlukan waktu untuk bergantian,” ungkap Indita selaku perwakilan dari bank BNI UNAIR.
Namun, lanjut Indita, Bank Indonesia memberi pengecualian untuk kartu bantuan pemerintah seperti Bansos dan KIP-K dengan mengijinkan penggunaan ATM non chip untuk sementara waktu sembari menunggu ATM ber-chip jadi. Transaksi hanya dapat dilakukan melalui teller, dikarenakan jika kartu tidak memiliki chip maka akan tertelan di mesin ATM.
“Atau mahasiswa bisa melakukan pemindahan dana ke rekening KTM lewat mobile banking. Karena rekening KTM itu ada sendiri. Dengan aktivasi mobile banking untuk mempermudah mahasiswa KIP-K melakukan transaksi dimana saja,” imbuh Mike yang juga merupakan perwakilan dari BNI UNAIR.
BNI UNAIR sudah melakukan distribusi sebanyak 140 kartu ATM non-chip dan KTM KIP-K ke BNI Banyuwangi pada hari Rabu, dan sudah diterima oleh BNI Banyuwangi pada hari Kamis. Jadi pada hari Senin, mahasiswa UNAIR yang berkuliah di Banyuwangi bisa mengambil kartu ATM maupun KTM di BNI Banyuwangi.
Untuk prosedur pengambilan, mahasiswa diwajibkan membawa KTP asli, KTMS, dan handphone untuk mendaftar mobile banking. Nomor yang dicatatkan di Bank BNI harus yang terpasang di Kartu SIm 1. Di teller, mahasiswa juga akan dibantu untuk memesan Kartu ATM ber-chip.
“Berbeda dengan BNI UNAIR di Surabaya, BNI di Banyuwangi tidak terletak di satu lokasi dengan kampus dan juga melayani nasabah umum. Jadi agar pelayanan tetap kondusif bisa dibatasi maksimal per hari sebanyak 20 mahasiswa melakukan pengambilan ATM dan/atau KTM KIP-K,” pesan Indita.
Penulis: Tyas Ratna Manggali