Universitas Airlangga Official Website

Selamat Datang Bulan Olahraga Rohani

Bulan suci Ramadhan tinggal berapa hari lagi dan semua umat Islam seluruh dunia tak terkecuali Indonesia akan melaksanakan ibadah puasa. Suatu ibadah yang menurut almarhum Prof. Dr. Nurcholis Madjid, MA merupakan olahraga rohani dimana seseorang harus menahan diri dari makan minum. Dalam olahraga ruhani ini, seluruh pancaindera, tidak diperbolehkan “negative emotional” nya terlampiaskan. Harus mampu menahan diri dari hal-hal negatif.

Hal itu sama dengan pendapat Mehr Panjwani, MSc, seorang peneliti lulusan the London School of Economics untuk bidang Hak Azasi Manusia dan lulusan the King’s College London bidang psikologi – yang menjelaskan bahwa: “Ramadan is not just about food: while it is commonly known that Muslims are obligated to abstain from eating and drinking from sunrise to sunset, it is a lesser known fact that Muslims are also required to fast from sexual acts and certain social acts like getting angry and gossiping during these hours. This practice helps Muslims to get closer to God, and is intended not only to create solidarity with the oppressed and hungry across the world, but also to teach believers self–control, discipline and delayed gratification.” (Ramadhan bukan hanya tentang makanan: meskipun umumnya diketahui bahwa umat Islam wajib menjauhkan diri dari makan dan minum dari matahari terbit hingga terbenam, itu adalah fakta yang kurang diketahui bahwa Muslim juga diharuskan untuk berpuasa dari tindakan seksual dan tindakan sosial tertentu seperti marah dan bergosip selama jam-jam ini. Praktik ini membantu umat Islam untuk lebih dekat dengan Tuhan, dan dimaksudkan tidak hanya untuk menciptakan solidaritas dengan yang tertindas dan lapar di seluruh dunia, tetapi juga untuk mengajarkan orang percaya pengendalian diri, disiplin, dan kepuasan yang tertunda.)

Sementara itu Peter Harrison seorang wartawan foto Inggris mengatakan: “Ramadan is also a philosophical time of the year during which many believe they learn to be more patient and increase their self-control – feeling less inclined to take part in gossip and other negative thought processes – which they believe make them better people.” (Ramadhan juga merupakan waktu filosofis dalam setahun di mana banyak orang percaya bahwa mereka belajar untuk lebih sabar dan meningkatkan kontrol diri mereka – merasa kurang cenderung untuk mengambil bagian dalam gosip dan proses pemikiran negatif lainnya – yang mereka yakini membuat mereka menjadi orang yang lebih baik.”)

Bagi almarhum Prof. (Cak) Nurcholis Madjid puasa itu ibarat seperti pertapaan (rahbaniyyah) seseorang pada suatu tempat yang jauh dari hiruk pikuk manusia, ini suatu sikap hidup yang mengingkari kemestian-kemestian duniawi seperti makan, minum untuk mencapai kesucian yang lebih tinggi. Puasa sebagai olahraga rohani memang tidak menyenangkan. Maka itu, pahala seorang yang berpuasa, bukan terletak pada kesanggupannya tidak makan dan minum. Cak Nur menegaskan bahwa pahdala seorang berpuasa terletak pada kesanggupannya memenuhi perintah Allah, yaitu menahan diri dan keikhlasan melakukan itu semua. “Bukan semakin lapar dan haus, semakin besar pahalanya,” kata Cak Nur.

Bulan Ramadhan merupakan bulan keagamaan dengan intensitas yang tinggi, yang bakal meninggalkan kesan mendalam pada mereka yang terlibat. Kekhasan suasana Ramadhan pada bangsa kita tercermin juga dalam suasana Hari Raya Lebaran atau ‘Idul-Fitri yang khas Indonesia. “Maka sudah tentu akan baik sekali jika kita memahami berbagai hikmah ibadah puasa yang kita jalankan selama bulan itu,” begitu kata Prof Dr Nurcholish Madjid MA.

Kepada seluruh Civitas Akademika Universitas Airlangga saya ikut mengucapkan selamat menyongsong bulan suci Ramadhan, semoga Allah SWT memberi kita kesehatan dan kekuatan untuk dapat melaksanakan ibadah puasa.