Universitas Airlangga Official Website

Seminar Basasindo UNAIR, Bahas Memori Kolektif dalam Perspektif Etnolinguistik 

Prof I Nyoman Darma Putra MLitt PhD perwakilan Universitas Udayana memaparkan materi memori kolektif dalam kearifan lokal. (Foto: Dok Panitia)

UNAIR NEWS – Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar acara seminar nasional. Kali ini, gelaran seminar mengusung tema Memori Kolektif Masyarakat dalam Perspektif Linguistik: Pragmatik dan Etnolinguistik. Acara bertempat di Aula Siti Parwati, Lt 2, FIB, UNAIR, Kampus Dharmawangsa-B, acara berlangsung Rabu (23/10/2024). 

Dalam kesempatan itu, turut hadir mahasiswa basasindo, dosen, juga para guru besar minat studi linguistik dari Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Udayana (UNUD), dan Universitas Sebelas Maret (UNS). Seminar mengangkat topik menarik berkaitan sejarah, budaya, dan bahasa yang berperan membentuk dan menyimpan memori kolektif masyarakat. 

Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya UNAIR, Dr Listiyono Santoso SS MHum dalam sambutannya mengungkap pentingnya kajian ilmu bahasa dan filologi. “Proses penting bisa kita lihat melalui memori kolektif budaya yang mengingatkan jejak masa lalu kita. Masa lalu menjadi modal sosial dan intelektual untuk membangun peradaban bangsa. Maka kajian-kajian perlu dikaitkan dengan kebudayaan,” jelasnya.

Sesi utama seminar menampilkan dua pembicara, yaitu  perwakilan Universitas Udayana Prof I Nyoman Darma Putra MLitt PhD dan Prof Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum dari Universitas Airlangga. Dua guru besar itu membahas keterkaitan memori kolektif dengan kajian etnolinguistik. 

Tumbuh dan besar dalam tradisi Bali, Prof Darma mengajak audiens mengenali naskah Kidung Bhuwana Winasa. Prof Darma menyebut naskah tersebut mencatat sejumlah peristiwa penting tentang kehancuran Bali, termasuk dalam perang puputan. “Puputan adalah salah satu konsep yang menjadi memori kolektif orang Bali yang berkembang menjadi sebuah konsep kearifan lokal,” tuturnya.  

Prof Darma menjelaskan bahwa naskah cerita lama, seperti Kidung Bhuwana Winasa, dapat menghidupkan pengetahuan baru. Karya tersebut merupakan memori kolektif puitik etnolinguistik berbahasa Kawi yang menjadi inspirasi bagi penciptaan sastra. Beliau juga menekankan pentingnya kebijakan publik yang mendukung kajian etnolinguistik memori untuk meningkatkan literasi sejarah, perubahan sosial, dan pemajuan kebudayaan.

Prof Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum memaparkan pentingnya peran Bahasa sebagai memori kolektif melalui leksikon budaya. (Foto: Dok Panitia)

Sementara itu, Prof Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum, Guru Besar Etnolinguistik FIB UNAIR, membahas peran bahasa dalam mengungkap memori kolektif melalui leksikon budaya. Dengan pembawaan hangat, Prof Wayan, sapaan akrabnya, mengungkap peran bahasa dalam memori kolektif. “Bahasa mengabadikan kenangan bersama menjadi alat yang menyimpan nilai-nilai budaya dan pengalaman sejarah suatu kelompok,” tuturnya.

Kaprodi Magister (S2) Ilmu Linguistik itu, menegaskan bahwa untuk memahami budaya, penting untuk memahami dahulu bahasanya. “Ada leksikon-leksikon kunci atau elemen penting dari linguistik yang membantu memahami bagaimana bahasa itu menyimpan dan menyampaikan makna serta bagaimana kosa katanya mencerminkan realitas budaya,” ujarnya. 

Terakhir, Prof Wayan mengajak semua audiens untuk terus menjaga leksikon sebagai pelestarian bahasa. “Melindungi bahasa lokal berarti menjaga sejarah dan identitas kelompok. Ingat, hilangnya bahasa, hilangnya budaya,” tutupnya.  

Penulis: Nur Khovivatul Mukorrobah

Editor: Edwin Fatahuddin Ariyadi Putra