Universitas Airlangga Official Website

Seminar Internasional AICECS, Angkat Topik Keberlangsungan Lingkungan 

Seminar internasional AICECS mengundang Prigi Arisandi S Si M Si dan Praja Firdaus S Hub Int M Hub Int (Foto: Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Kementerian Hubungan Luar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UNAIR menggelar Seminar Internasional pada Jumat (18/10/2024). ADVOCATING FOR SUSTAINABLE INDONESIA: Fostering Eco-Friendly Practices among SMEs and Promoting Nature Preservation Through Local Wisdom menjadi tema seminar tersebut. Agenda ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Airlangga International Cultural and Economic Community Service (AICECS) 2024. 

Dalam seminar AICECS ini, Prigi Arisandi S Si M Si dan Praja Firdaus S Hub Int M Hub Int hadir sebagai pembicara. Prigi merupakan pendiri Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton) sedangkan Praja adalah pendiri Akta Bumi Foundation. Bertempat di Aula Soetandyo, Gedung C FISIP, Kampus Dharmawangsa-B, UNAIR, seminar ini berjalan lancar dan kondusif. 

Pada sesi pertama, Praja memperkenalkan konsep Sustainable Indonesia dengan memanfaatkan kearifan lokal yang Indonesia miliki. Salah satunya adalah penggunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan di desa-desa. Menurutnya, masyarakat saat ini dapat mengadopsi gaya hidup leluhur untuk menjaga keberlangsungan lingkungan. 

Praja turut menyampaikan bahwa gaya hidup berkelanjutan yang ramah lingkungan tidaklah mahal. “Orang lain akan mengagumi kalian jika punya mobil listrik, gadget yang sangat bagus, dan baju yang mahal. Kadang gengsi itu yang mahal, bukan gaya hidup kita. Jadi, kita harus berpikir bahwa kehidupan berkelanjutan itu sebenarnya murah,” ujar Praja.

Poster seminar AICECS (Foto: Instagram AICECS)

Pada sesi berikutnya, Prigi menjelaskan bahaya mikroplastik terhadap tubuh manusia. Organisasinya, Ecoton, bergerak pada bidang pengelolaan ekosistem sungai untuk keberlangsungan lingkungan. Menurutnya, sungai di Surabaya sudah banyak tercemar, khususnya oleh mikroplastik. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk kesehatan masyarakat. 

Lebih lanjut, Prigi menunjukkan hasil survei mengenai persepsi Gen Z terhadap pencemaran plastik. Berdasarkan survei tersebut, mayoritas Gen Z di Pulau Jawa telah mengetahui bahwa mikroplastik dapat mengancam ekosistem dan biota laut. Namun, meski mengetahui dampak buruk tersebut, banyak masyarakat tidak mengetahui tindakan yang harus mereka ambil.  

Prigi mendorong para peserta yang hadir untuk memulai langkah kontribusi pada lingkungan. Hal ini dapat dimulai dengan aksi kecil, seperti berhenti menggunakan botol dan kantong plastik, menggunakan tumbler minum, serta menyebarkan kesadaran. “Masyarakat yang terliterasi seperti kita harus memproduksi informasi mengenai bahaya plastik. Bisa melalui konten-konten di media sosial,” ujar Prigi.  

Penulis: Khumairok Nurisofwatin

Editor: Edwin Fatahuddin