UNAIR NEWS – Energi menjadi kebutuhan vital dalam hampir semua kegiatan sehari-sehari. Energi yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masih berasal dari energi fosil seperti minyak, gas, dan batu bara. Saat ini mulai dikembangkan energi baru terbarukan (EBT) yang dapat menjadi solusi transisi energi dan ketahanan energi.
Menanggapi hal tersebut, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Seminar Nasional yang bertema Renewable Energy integration: Policy, Technology, and Stability Challenge. Seminar nasional pada Sabtu (27/8/2022) tersebut menghadirkan Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Andriah Feby Misna ST MT MSc sebagai keynote speaker.
Andriah menjelaskan bahwa EBT bisa menjadi solusi pengganti energi fosil yang saat ini masih digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energi. Ia menyebut harga EBT di dunia terus menurun sehingga bisa kompetitif dengan energi fosil. Selain itu teknologi pemanfaatan EBT juga semakin berkembang.
“Selain itu juga green financing mulai menjadi mainstream pembiayaan infrastruktur di dunia, sebagai hasilnya portofolio pendanaan pembangkit energi baru terbarukan yang bersifat hijau akan lebih mudah didapatkan,” jelasnya.
Selanjutnya, Andriah menyebut Indonesia memiliki potensi EBT besar, tersebar, dan beragam untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT. Potensi EBT Indonesia antara lain energi surya, energi hidro, bioenergy, energi bayu, energi panas bumi, dan energi laut. Namun, lanjutnya, energi-energi tersebut pemanfaatannya masih rendah terlebih energi laut yang masih belum jalan pemanfaatannya.
“Dan ini yang kita terus dorong supaya nanti pulau-pulau yang saat ini belum mendapatkan listrik secara layak, kita bisa memanfaatkan energi gelombang untuk bisa meningkatkan akses energi di pulau-pulau khususnya pulau-pulau terluar.
Lebih lanjut, Andriah mengatakan bahwa potensi EBT yang besar merupakan modal utama untuk mencapai target bauran EBT dan penurunan emisi gas rumah kaca menuju net zero emission (NZE). Ia menuturkan potensi yang besar tetapi pemanfaatan masih rendah juga perlu upaya-upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan EBT. Upaya-upaya tersebut seperti mendorong pemanfaatan EBT secara massif untuk pembangkit listrik, hingga mendorong demand ke arah energi listrik.
“Selain itu juga bisa blending energi terbarukan dengan energi fossil, co firing biomassa di PLTU dan mandatori bahan bakar nabati, serta melengkapi regulasi untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan,” tuturnya.
Selain menghadirkan Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, seminar ini juga menghadirkan beberapa pembicara dari berbagai instansi. Pada sesi pertama, Cita Dewi selaku Executive Vice President PT PLN (persero), dan Ir Adi Nugroho ST MT IPM selaku Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Kelistrikan PT Pembangkit Jawa Bali.
Sesi kedua menghadirkan Ahmad Rahma Wardhana ST MSi dari pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada, Prisma Megantoro ST MEng dari FTMM UNAIR, dan Dr Ir Nanang Hariyanto MT selaku Senior Advisor PT Quadran Energy Rekayasa. (*)
Penulis: Wiji Astutik
Editor: Binti Q. Masruroh