UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Hima K3) Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan Seminar Nasional K3. Acara megah itu terlaksana pada Minggu (8/9/2023) di Ballroom Choice City Hotel, BG Junction, Surabaya.
Seminar Nasional K3 itu terbuka bagi siapa saja yang memiliki minat fokus terhadap perkembangan keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja. Hal itu, mengingat teknologi yang kian hari kian berkembang.
Membawakan tema “Manajemen Risiko K3 Untuk Mencapai Zero Accident dan Meningkatkan Produktivitas Pekerja di Revolusi Industri 5.0”. Kegiatan tersebut berhasil menghadirkan beberapa stakeholder termasuk Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur, Dr Himawan Estu Bagijo SH MH.
Dalam pidatonya, Himawan mengatakan bahwa kemajuan teknologi menjadikan kompleksitas semakin meningkat dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sambungnya, manajemen risiko K3 menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di era ini.
“Dalam menghadapi ketidakpastian di era disrupsi, kita perlu strategi yang matang untuk menilai, mengurangi, dan mengelola risiko yang mungkin muncul,” ucapnya.
Human Factor
Sementara itu, Dr Mirta Widia, salah satu pembicara pada seminar itu, membahas pencegahan kecelakaan kerja dari perspektif Human Factor. Ia mengatakan bahwa desain pekerjaan di Industri 5.0 ini, teknologi yang menyesuaikan kapabilitas, dan limitasi manusia.
“Sebagai contoh, di industri tas. Bukan kita yang fitting the bag, but fitting the bag to the human. Bagaimana kita boleh desain sesuatu pekerjaan itu menurut capability, limitasi terhadap manusia,” jelas Mirta.
Dosen Universiti Malaysia Pahang itu juga menegaskan bahwa human factor memainkan peran penting dalam mencegah kecelakaan di industri 5.0. Sehingga, sambungnya, pemberian pelatihan, kepatuhan terhadap protokol kesehatan, pertimbangan etika menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri.
“Selain mengurangi risiko tingkat kecelakaan, implementasi human factor dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan para pekerja, serta kinerja sistem yang baik,” paparnya.
Pada akhir, Mirta juga mengingatkan fungsi manusia tidak tergerus dengan adanya teknologi yang canggih. Teknologi, sambungnya, tidak dapat menggantikan manusia sebagai penanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
“Teknologi tidak akan selalu 100% benar, manusia saja bisa mengalami human error, apalagi teknologi. Pasti ada sisi di mana dia akan mengalami error, di situlah fungsi manusia untuk menghindari error tersebut,” tutupnya.
Penulis: Resyifa Salma
Editor: Nuri Hermawan