UNAIR NEWS – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) merupakan salah satu fakultas terbaik di Universitas Airlangga. Wujud kontribusi FKM dalam mendukung UNAIR sebagai universitas kelas dunia dengan mengadakan program seminar internasional dalam rangkaian kegiatan Public Health International Competition (PHIC). Kegiatan itu diselenggarakan pada Minggu (16/10/2022) melalui platform Zoom meeting.
Narasumber seminar profesor asal Universiti Malaysia Terengganu Dr Meisam Tabatabaei mengatakan, dampak perubahan iklim sangat berbahaya karena mempengaruhi keberlangsungan kehidupan makhluk hidup. Dampak perubahan iklim tersebut yaitu kerentanan terhadap panas yang eksterm, kematian akibat panas, kebakaran hutan, kekeringan, kerentanan terhadap penyakit oleh nyamuk, kekurangan pangan dan makanan laut, serta naiknya permukaan air laut secara menyeluruh.
“Pemerintah setempat perlu menyusun perencaan adaptasi dan ketahanan kesehatan dengan beberapa langkah. Di antranya mengadakan penilaian risiko perubahan iklim tingkat kota, menyediakan layanan informasi iklim untuk kesehatan, penatalaksanaan deteksi, kesiapsiagaan, dan tanggap darurat kesehatan, menyediakan fasilitas penyejuk udara berupa ruang terbuka hijau perkotaan, dan menyediakan anggaran untuk adaptasi iklim kesehatan,” ucap Meisam.
Selain itu menurutnya, aksi mitigasi perlu direalisasikan secara menyeluruh kepada masyarakat. Berupa pengadaan sistem energi rumah tangga yang bersih dan sehat, mencegah kematian dini dari polusi udara, mengadakan transportasi sehat dan berkelanjutan, pengaturan pola makan, pengaturan emisi produksi dan konsumsi pertanian, serta mitigasi sektor kesehatan.
Narasumber dengan ratusan publikasi itu juga menuturkan bahwa keterlibatan individu dalam kesehatan dan perubahan iklim menurun sebesar 15 persen. Sementara pada pertengahan 2020, terjadi lonjakan keterlibatan melalui konten terkait pandemi.
“Di samping itu, keterlibatan dunia penelitian meningkat 11 kali lipat pada tahun 2020 dengan tujuh persen pembahasan perubahan iklim merujuk pada Covid-19. Dunia usaha juga mengambil peranan penting sebesar lebih dari tiga puluh delapan persen mengacu kepada dimensi kesehatan dan perubahan iklim dunia,” ucapnya.
Ia menegaskan, pemerintah dan dunia perlu memberikan respons yang adil dalam upaya perubahan iklim secara global. Hal itu demi menyelamatkan generasi muda ke depan.
Sementara itu, panitia acara Pindi Dwi Irwansyah menyampaikan, seminar internasional kali ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena perubahan iklim yang menjadi tantangan abad 21. Fenomena tersebut memengaruhi kondisi cuaca ekstrim yang berdampak pada bencana alam. Hal itu berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat, khususnya peningkatan penyakit tidak menular.
“Tujuan dari seminar internasional ini yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat akan perubahan iklim, menurunkan prevalensi penyakit tidak menular akibat perubahan iklim, dan menurunkan potensi dampak perubahan iklim pada masyarakat itu sendiri,” imbuh mahasiswa semester lima tersebut. (*)
Penulis: Afan Alfayad
Editor: Binti Q. Masruroh