Universitas Airlangga Official Website

Siap Siaga Bencana, Dosen UNAIR Lakukan Pengabdian Masyarakat Tanggap Bencana di Ponorogo

Tim Pengabdian Masyarakat beserta kader Mastana. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Hakim Zulkarnain S Kep Ns MSN dan tim gelar Pengabdian Masyarakat bertajuk Pembentukan Early Warning System dan Kaderisasi Mastana (Masyarakat Tanggap Bencana). Hal itu dilakukan untuk Bencana Alam Akibat Tanah Gerak Pada Lokasi Wisata Telaga di daerah Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, Sabtu ( 29/20/2022).

Dalam kesempatan itu, ia mengatakan bahwa potensi bencana di Indonesia diprediksi cukup tinggi. Hal itu, lanjutnya, bisa dilihat peristiwa tanah longsor ataupun gempa bumi yang sudah tidak asing di negara Indonesia ini. 

“Upaya yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir potensi dampak kerugian terbesar dari bencana itu salah satunya dengan manajemen bencana yang baik. Dan disini kami tempuh dengan mengembangkan sumber daya manusia itu sendiri agar lebih tanggap dan siap dengan prediksi bencana,” ujar Hakim, selaku ketua pengabdian.

Menggandeng tim Badan Pengawas Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo dan tim dosen Kritis dan Gawat Darurat Fakultas Keperawatan Hakim dan tim memberikan berbagai edukasi. Diantaranya edukasi kesiapsiagaan bencana, pertolongan pada korban tenggelam, bebat bidai dan evakuasi korban, serta praktik matras Basic Life Support.

“Pengenalan kesiapsiagaan bencana ini penting mulai dari pengajian bahaya/ancaman, pengenalan masyarakat rentan, analisis dampak, bahkan juga tindakan penanganan. Dari sana kita dapat menyusun mekanisme untuk penanggulangan dan menyusun rencana aksi dalam menghadapi bencana,” kata Hakim

Pembentukan Kader Mastana

Selain pemberian edukasi mitigasi bencana, tim pengabdian juga membentuk kader yang diharapkan dapat menjadi role model dalam pelatihan berkala tentang manajemen bencana di daerah Ngebel.

“Kader ini saya harap mampu untuk menilai kerentanan masyarakat ya dalam artian mereka mampu menganalisis dari segi fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat sehingga bisa membuat skala prioritas dalam situasi tanggap darurat. Makanya kita berikan pelatihan mulai dari manajemen risiko sampai upaya penanganan kebutuhan dasar seperti halya BLS,” tambahnya

Hakim juga menjelaskan hal hal yang masuk dalam kondisi tanggap darurat ini diantaranya adalah perencanaan kontinjensi (proses perencanaan ke depan dalam keadaan yang tidak menentu) pembentukan tim SAR (Search dan Rescue), perbaikan sarana, dan pemulihan ketentraman (resiliensi masyarakat).

Penulis: Rosita

Editor: Nuri Hermawan