UNAIR NEWS – Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar International Virtual Symposium bertajuk Mental Health on Diverse Settings. Simposium internasional ini telah memasuki tahun keempat pelaksanaannya. Acara resmi dibuka pada Selasa (24/6/2025) melalui platform Zoom Meeting dan akan berlangsung hingga Kamis (26/6/2025).
Komitmen Menyatukan Pandangan Global
Wakil Dekan III Bidang Riset, Publikasi, dan Kerja Sama Prof Endang Retno Surjaningrum MAppPsych PhD Psikolog membuka acara. Dalam sambutannya, Prof Endang menyampaikan apresiasi atas partisipasi global dari para akademisi, praktisi, dan mahasiswa yang berasal dari berbagai penjuru dunia.
“Selamat datang di acara ini. Merupakan kehormatan bagi kami untuk membuka forum ini, di mana para akademisi, praktisi, dan mahasiswa dari seluruh dunia dapat bertukar ide dan memperluas diskusi mengenai kesehatan mental,” ungkap Prof Endang.
Kegiatan ini menghadirkan 2.038 peserta dari sepuluh negara. Antara lain Indonesia, Nigeria, Malaysia, Inggris, Filipina, India, Timor Leste, Somalia, Pakistan, dan Ghana. Peserta berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sarjana hingga doktoral.
“Perkembangan acara ini yang berkelanjutan mencerminkan dedikasi kolektif kita dalam menghadapi kompleksitas realitas kesehatan mental dalam berbagai konteks budaya, sosial, dan institusional,” tambahnya.
Tema tahun ini menyoroti pentingnya memahami kesejahteraan psikologis dalam konteks sosial dan budaya yang beragam. Menutup sambutannya, Prof Endang mengajak seluruh peserta untuk menjadikan simposium ini sebagai awal dari kolaborasi akademik, profesional, dan personal lintas negara.
“Kami berharap simposium ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga memantik kolaborasi baru. Mari bekerja sama untuk memajukan kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup individu serta komunitas di seluruh dunia,” pungkasnya.
Memercayai Sains dan Peran Psikologi Sosial
Selanjutnya, sesi dilanjut materi oleh Prof Dr Marlene Altenmüller dari Ludwig Maximilian University of Munich, Jerman. Ia memaparkan materi bertajuk Trusting Science: Considering (Social) Psychology in Science Communication. Dalam paparannya, Prof Marlene menyampaikan bahwa kepercayaan terhadap sains masih sangat hidup, dan menariknya, Indonesia termasuk negara dengan tingkat kepercayaan tinggi terhadap sains. “Berdasarkan data, Indonesia berada di atas Jerman dalam hal kepercayaan terhadap sains,” ungkapnya
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim menunjukkan hubungan positif antara religiusitas dan kepercayaan pada sains. Hal tersebut menjadi menarik karena berlawanan dengan hasil penelitian sebelumnya. “Di negara-negara muslim, kita melihat hubungan positif antara religiusitas dan kepercayaan terhadap sains,” ujarnya.
Prof Marlene juga mengaitkan fenomena meningkatnya kepercayaan terhadap sains dengan kondisi pandemi COVID-19 lalu. Ia juga menjelaskan keterkaitan fenomena tersebut dengan konteks rally around the flag.
“Orang-orang jauh lebih percaya pada sains saat COVID-19 terjadi. Fenomena ini disebut sebagai rally around the flag. Di mana masyarakat lebih mempercayai institusi saat negara dalam kondisi krisis,” ucap Prof Marlene.
Dalam penutup materinya, Prof Marlene menyinggung pentingnya mengenal seseorang secara personal untuk mengurangi stereotip negatif. Prof Marlene menunjukan contoh kasus mengenai stereotip yang diterima para ilmuwan. Ia juga memberikan cara mengatasi hal tersebut. “Anda hanya perlu mengenal mereka, dan stereotip itu akan berkurang,” ujarnya, merujuk pada pandangan umum yang keliru terhadap para ilmuwan.
Penulis: Rosa Maharani
Editor: Yulia Rohmawati