UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggelar Focus Group Discussion (FGD). Diskusi itu terselenggara untuk mematangkan persiapan pendirian Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara (GMBBN). Bertempat di Ruang Chairil Anwar, lantai 2, FIB, Kampus Dharmawangsa-B UNAIR, Senin (30/12/2024). Dalam diskusi tersebut, hadir pembicara ahli yang membahas urgensi moderasi beragama dan nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam sambutan kegiatan, Dekan FIB UNAIR, Prof Dr Purnawan Basundoro SS MHum, menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam menginternalisasi nilai-nilai moderasi beragama melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. “Program ini harapannya dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademik. Akan tetapi, juga memiliki kesadaran tinggi terhadap kebangsaan dan kemanusiaan,” ujarnya.
Solusi Wujudkan Harmonisasi
Selain itu, Prof Purnawan menyebut GMBBN sebagai langkah strategis UNAIR untuk menjawab berbagai tantangan sosial. Seperti radikalisme, intoleransi, dan ancaman terhadap persatuan bangsa. “Griya ini menjadi pusat aktivitas yang mendukung terciptanya kehidupan beragama yang damai dan berkelanjutan,” tutur Guru Besar Sejarah Perkotaan FIB UNAIR itu.
Prof Purnawan menjelaskan pula, moderasi beragama menjadi solusi kunci untuk menghindari tindakan intoleransi. “Dalam sejarah Islam, prinsip toleransi telah diwariskan sejak masa Nabi Muhammad hingga para ulama kontemporer. Hal ini menjadi inspirasi GMBBN UNAIR dalam mempromosikan nilai-nilai keberagaman yang positif,” jelasnya.
Moderasi Beragama dalam Lingkup Akademik
Acara ini juga menghadirkan dua narasumber utama. Dr Listiyono Santoso SS Mhum, Wakil Dekan I FIB UNAIR, menjelaskan pentingnya moderasi beragama dalam membangun kerukunan sosial di tengah kompleksitas masyarakat modern. “Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasi agama. Melainkan cara memoderasi pemahaman dan praktik keberagamaan dengan mengedepankan prinsip adil, berimbang, dan taat konstitusi.”
Dosen ilmu filsafat itu, juga menegaskan bahwa indikator utama moderasi beragama adalah komitmen kebangsaan, toleransi, sikap anti kekerasan, dan penghargaan terhadap tradisi. “Kampus harus menjadi ruang kondusif untuk internalisasi nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sementara itu, Siti Inayatul Fauziah, MSi MEI, yang merupakan Instruktur Nasional GMBBN dari Kementerian Agama RI, memaparkan strategi pencegahan radikalisme dan intoleransi melalui pendekatan yang berbasis pendidikan dan dialog antarumat beragama. GMBBN
UNAIR nantinya tidak hanya akan menjadi pusat edukasi, tetapi juga wadah penelitian, advokasi, dan pendampingan masyarakat untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan persatuan. UNAIR berkomitmen menjadikan GMBBN sebagai katalisator dalam membangun bangsa yang harmonis di tengah keberagaman. Sekaligus menjadi role model untuk inisiatif serupa di berbagai institusi lainnya.
UNAIR telah mengintegrasikan moderasi beragama melalui mata kuliah dalam Pembelajaran Dasar Bersama (PDB). Seperti Pancasila, Kewarganegaraan, serta kegiatan Pekan Ilmiah Kebangsaan dan KKN Tematik. Namun, dengan penguatan Griya Moderasi Beragama, UNAIR berkomitmen meningkatkan nilai-nilai moderasi di perguruan tinggi.
Dengan sinergi kuat antara civitas academica dan masyarakat, GMBBN UNAIR akan memberikan kontribusi nyata dalam menjaga keutuhan dan kedamaian Indonesia. Sesuai dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Penulis: Nur Khovivatul Mukorrobah
Editor: Yulia Rohmawati