UNAIR NEWS – Dua hari berturut-turut (29-30/9/2023), Humility, Sentra Kerohanian Islam (SKI) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga bekerja sama dengan SKI Fakultas Vokasi mengadakan Training Islam (TRANIS). Kegiatan ini dihelat secara daring pada hari pertama dan luring pada hari kedua ini.
Kegiatan ini mengundang empat pemateri yakni Nanang Qosim SE MPi, Ahmad Syauqi S Hum M Si, Syahril Firmansyah, dan Falah El Fahmi dan menyasar mahasiswa muslim di Universitas Airlangga. Tranis sendiri merupakan Pelatihan Dakwah Kampus (PDK) berjenjang di tingkat pertama yang digelar oleh FIB.
Wildan Nanda selaku ketua pelaksana mengungkapkan, kegiatan itu merupakan bentuk dukungan terhadap Tridharma Perguruan Tinggi agar mahasiswa muslim bisa terjun ke masyarakat dan memberikan contoh yang baik serta menjadi kader dakwah yang berwawasan luas.
Pembangunan Karakter
Tujuan terlaksananya kegiatan itu untuk mencetak generasi mahasiswa muslim yang memiliki jiwa kepemimpinan dan mampu melakukan manajemen dakwah di lingkungan kampus. Selain itu, pelatihan itu merupakan bentuk pengkaderan bagi mahasiswa khususnya yang beragama muslim guna mengenalkan pentingnya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di lingkungan universitas.
Materi yang disampaikan selama acara juga merupakan topik-topik terpilih yang dianggap relevan dengan kondisi mahasiswa muslim saat ini. Materi tersebut yakni urgensi syahadat, syummuliyatul islam, manajemen dakwah, serta ditutup dengan materi ke-LDK-an.
Problematika Muslim
Tema yang diangkat adalah “Membangun Karakter yang Kritis sebagai Generasi Muda Islami terhadap Keruhnya Arus Globalisasi”. Wildan mengungkapkan pemilihan tema ini sebagai bentuk kekhawatiran lembaga dakwah kampus terhadap berbagai hal negatif yang bertentangan dengan nilai agama Islam dan Bangsa Indonesia dikarenakan arus globalisasi.
“Ini relevan dengan generasi muslim masa kini yang banyak terpengaruh oleh pemikiran luar dan cenderung bertentangan dengan syariat agama. Bahkan menganggap keberadaan iman dalam diri itu tidak penting dan mengedepankan nafsu dan akalnya saja,” tuturnya.
Penguatan sikap kritis peserta juga ditunjukkan selama sesi FGD setelah materi disampaikan. Peserta diberikan pertanyaan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan materi kemudian dibuka dengan sesi diskusi dalam menyikapi isu tersebut.
“Sebagai ketua pelaksana, bagi saya kegiatan ini cukup memberikan insight baru terutama cara menjadi seorang kader dakwah yang berkecimpung di kawasan perguruan tinggi,” paparnya.
Penulis : Ilma Arrafi Nafi’a
Editor : Khefti Al Mawalia