Universitas Airlangga Official Website

SKI Psikologi Ajak Mahasiswa Bijak Menulis di Era Artificial Intelligence

SKI FPsi UNAIR mengadakan Skill Training menulis esai bijak dengan pemanfaatan artificial intelligence pada Sabtu (19/10/2024). (Foto: Tangkapan layar zoom meeting)

UNAIR NEWS – Sie Kerohanian Islam (SKI) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa. Kali ini, program kerja departemen Humas dan Media mengadakan Skill Training bertajuk Membangun Generasi Penulis Esai Bijak Artificial Intelligence. Kegiatan berupa pelatihan praktis itu terselenggara pada Sabtu (19/10/2024) secara daring. 

Kegiatan ini bertujuan untuk membekali mahasiswa menjadi penulis yang bijak, kritis, dan bertanggung jawab dalam dunia akademik dan profesional. Melalui sambutan acara, Elma Nurhalizah Agustin, selaku Ketua Umum SKI FPsi, menyampaikan bahwa SKI tidak hanya bergerak dalam bidang keislaman saja, namun juga memberikan pelatihan dan edukasi dengan berbagai topik ke mahasiswa. 

“Program kerja Skill Training ini sifatnya jauh lebih umum. Kita belajar tentang esai agar SKI juga bisa menaungi bakat teman-teman. Bukan hanya di bidang kajian keislaman saja, tetapi juga di bidang umum yang berguna untuk kita sebagai mahasiswa, yang mana pasti tidak terlepas dari penulisan esai, baik untuk lomba ataupun tugas-tugas kuliah,” ucapnya. 

Pemaparan materi menulis esai dan bijak pemanfaatan AI oleh Sinta Damayanti. (Foto: Tangkapan layar zoom meeting)

Pelatihan menulis esai ini mengundang Sinta Damayanti, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Sewaktu membuka acara, Sinta mengajak peserta untuk mengungkapkan kesulitan terbesar dalam menulis. Ia menjelaskan bahwa agar dapat memulai menulis dengan baik, mahasiswa harus memiliki dasar yang kuat. 

“Kemampuan menulis dipengaruhi oleh kebiasaan membaca. Kita bisa membangun empat kebiasaan kecil setiap hari, seperti pilah-pilih sumber bacaan untuk kita konsumsi sehari-hari, mengurangi screen time, membangun kebiasaan literasi, dan sering baca sastra atau fiksi,” jelasnya. 

Walaupun kebiasaan-kebiasaan itu tampak sepele. Namun, menurut Sinta aktivitas tersebut  berdampak besar. “Setelah fondasi terbangun, kita baru akan bisa memiliki transisi yang lebih mudah untuk terjun ke penulisan yang sifatnya lebih kompleks, salah satunya esai,” imbuhnya.

Sinta pun mengenalkan esai beserta struktur dan jenisnya. Menurut Sinta, jenis esai yang paling umum dalam akademik dan kompetisi adalah esai argumentatif. Tak cuma penjelasan teoretis, Finalis Mawapres UGM itu juga memberikan tips menulis esai dengan menunjukkan karyanya yang memperoleh capaian juara. 

“Dari pendahuluan, kita harus benar-benar memastikan kalau ada hook (kalimat pembuka yang bombastis). Sebab biasanya orang yang membaca esai, nggak membaca sampai selesai. Jadi kalau dari awal nggak menarik, pasti langsung di-skip,” ungkap Sinta berdasarkan pengalamannya menjadi juri lomba. 

Sinta juga menjelaskan bahwa perlu ada sikap kritis jika menulis dengan memanfaatkan bantuan Artificial Intelligence (AI). Menurutnya, penggunaan AI yang tidak bijak dapat menimbulkan dampak negatif, seperti plagiarisme, penurunan kualitas penulisan, hingga hilangnya orisinalitas karya.

“Teknologi AI, seperti alat bantu penulisan, memang bisa mempermudah proses menulis. Namun, kita harus tetap mengedepankan prinsip-prinsip etika dalam dunia akademik. Beberapa cara praktis untuk memanfaatkan AI, yaitu menggunakan AI sebagai alat bantu riset, brainstorming, dan pengecekan teknis, namun tetap menjadikan kreativitas dan pemikiran kritis sebagai fondasi utama,” pungkasnya.

Penulis: Nur Khovivatul Mukorrobah
Editor: Edwin Fatahuddin Ariyadi Putra