Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa UNAIR Tawarkan Solusi Manajemen Persediaan Obat 

Ilustrasi Obat-Obatan. (Foto: Freepik)
Ilustrasi Obat-Obatan. (Foto: Freepik)

UNAIR NEWS – Obat memegang peranan penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Obat menjadi salah satu komponen terbesar dalam biaya pelayanan kesehatan. Mahasiswa Universitas Airlangga menawarkan solusi manajemen persediaan obat.

Berdasar data Badan Pusat Statistik, rata-rata pengeluaran per kapita penduduk di Indonesia untuk obat mencapai angka 12,79 persen dari total biaya pengeluaran pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. 

Pentingnya obat juga terlihat dari fakta bahwa penggunaan obat yang tidak tepat memberikan dampak yang sangat fatal bagi pasien. Pemberian obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan kematian pada pasien. 

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, terutama dalam ruang penyimpanan obat penting untuk memastikan ketersediaan obat yang memadai dan mutu obat terjaga. Hal itu menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengobatan pasien. 

Problematika itulah yang menginspirasi lima mahasiswa jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (FTMM UNAIR) dalam artikel ilmiah mereka yang berjudul “Pengoptimalan Pengendalian Ruang Penyimpanan Obat di Unit Kesehatan”. Kelima mahasiswa tersebut yaitu Miftachul Jannah, Ulfariyah, Novelia Agata, Fajar Januar Aulia, dan Danang Sakti Wicaksono. 

Sarankan Penggunaan Pharmacy Computerized Inventory Program 

Perwakilan kelompok Mifta kepada UNAIR NEWS pada Senin (24/4/2023), menuturkan kelompok mereka menawarkan alternatif solusi manajemen persediaan obat. Yakni dengan menggunakan program Pharmacy Computerized Inventory Program (PCIP) untuk merekap seluruh fase proses penggunaan obat. 

“Program PCIP adalah program berbasis web sederhana untuk merekap seluruh fase proses penggunaan obat termasuk pemesanan, pengisian permintaan, distribusi dan pengeluaran, serta inventarisasi obat-obatan. Yang saat ini tersimpan dan grafik penggunaan obat secara real-time,” terang Mifta. 

Selain itu, sambungnya, PCIP dapat menunjang sistem penyimpanan standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan Permenkes RI Nomor 35 tahun 2014. Yang meliputi penyimpanan obat menggunakan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO), penyimpanan sesuai bentuk sediaan, penyimpanan secara alfabetis, serta penyimpanan narkotika dan psikotropika terpisah dalam lemari khusus. 

Penggunaan Stasiun Kerja sebagai Alternatif Lain 

Mifta dan kelompoknya juga meneliti metode lain untuk meningkatkan pengoptimalan pengendalian ruang penyimpanan obat menggunakan stasiun kerja bernama ScanStation. ScanStation, jelas Mifta, yaitu sistem yang didesain khusus untuk melakukan pemindaian dokumen atau gambar dengan berbagai fitur dan kemampuan yang lebih canggih dari pada dengan scanner biasa.  

“Metode itu dapat terpakai sebagai perangkat khusus untuk mendukung penggunaan komputer. Sekaligus meningkatkan manajemen persediaan obat pada keakuratan pencatatan lokasi,” ujarnya. 

Mifta mengatakan masih terdapat beberapa metode lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Khususnya dalam ketersediaan obat, misalnya model pemrograman matematika (DR20) dan Model Predictive Control (MPC). Metode-metode tersebut dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan menaikkan taraf kepuasan pelanggan terhadap sistem pelayanan kesehatan. Sehingga nantinya semua kebutuhan ataupun demand terhadap obat akan selalu terpenuhi. 

“Penting ke depannya menerapkan pengoptimalan sistem yang berdasar model matematika yang baik sehingga nantinya dapat memberikan gambaran nyata terhadap sistem yang ada untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan manajemen persediaan obat-obatan,” tukas Mifta. (*) 

Penulis : Dewi Yugi Arti/Miftachul, Ulfariyah, Novelia, Fajar, Danang 

Editor : Feri Fenoria 

Baca juga:

FTMM Ajak Pelajar Pahami Potensi Masuk Teknik Elektro

Ditangan Mahasiswa FTMM, Diaper Bekas Diubah Jadi Pot Bunga