UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) menghadirkan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Arif Satria SP MSi dalam diskusi bertajuk Rapat Pimpinan dan Focus Group Discusion (FGD) pada Selasa (28/6/2022) di Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung. Rektor Ke-14 IPB itu memberikan paparan soal dinamika pengembangan internasionalisasi kampus sehingga berhasil meraih rekognisi dunia.
Prof Arif menyebut, sebenarnya ada beragam skenario pengembangan kampus di dunia. Mulai empat skenario Future Hingher Education, skenario Australia, hingga skenario OECD.
“Namun, setidaknya di Indonesia, mwnurut saya, mengerucut pada tiga skenario. Yakni, kampus riset dunia, kampus kewirausahaan, dan kampus kompetensi unggul,” katanya.
Sementara itu, imbuh Prof Arif, perguruan tinggi tengah menghadapi tiga mega-disrupsi dan tantangan. Yakni, berkaitan dengan perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi covid-19.
“Di kami, mendorong pewujudan technopreneurship. Salah satunya pembangunan science techno park (STP) IPB,” ujarnya.
Dari hasil riset dan inovasi, STP menjadi inkubator pengembangan teknologi dan kerja sama. Lalu, Inkubasi bisnis teknologi. Berikutnya, layanan alih teknologi; manajemen kekayaan intelektual; dan komersialisasi inovasi.
“Contoh technopreneurship IPB, kami memiliki brand Serambi Botani. Telah ada 15 outlet yang tersebar di Indonesia,” katanya.

Technopreneurship itu mengolaborasikan berbagai elemen masyarakat petani di sekitar IPB. Bahkan, pihaknya mendorong pada penguatan aktivitas itu ke arah internasional melalui ekspor produk inovasi.
“Inovasi produk itu misalnya, pepaya Calina yang telah tersebar di 11 negara. Dan 88 kabupaten dan 38 kota di Indonesia,” sebutnya.
Selain itu, imbuh Prof Arif, ada produk nanas PK1 yang telah diekspor ke Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Termasuk produk inovasi Goathai pupuk kandang kompos.
“Produk ini (Goathai) telah diekspor di 11 negara,” ucapnya.
Di bidang pendidikan, Prof Arif menjelaskan bahwa IPB terus mendorong pembangunan konsorsium internasional pendidikan. Selanjutnya adalah penguatan akreditasi dan sertifikasi internasional program studi.
“Di tahun 2021, ada tambahan sembilan konsorsium internasional pendidikan. Pada 2022, ada total 41 konsorsium,” katanya.
Selain itu, penguatan bidang pendidikan itu ada pada adanya 12 dual degree program, 12 double degree program, dan 437 credit earning. Termasuk penguatan pada international conference dan summmer course.
“Di bidang riset, kami telah mengadakan konsorsium riset internasional. Ada sekitar 370 MoU atau MoA yang tengah kita jalin. Termasuk publikasi Scopus yang menjadi fokus kami,” katanya.
“Untuk community outreach, kami mengadakan pengabdian masyarakat internasional untuk membekali mahasiswa. Misalnya, program SUIJI (Six University Initiative Japan Indonesia).
Pada akhir, Prof Arif berpesan bahwa menurut Charles Darwin, Yang mampu bertahan hidup bukanlah yang paling kuat dan pintar, tapi yang paling responsive terhadap perubahan.
“The best way to predict the future is to create it,” ungkap Prof Arif memungkasi paparannya.
Penulis: Feri Fenoria