UNAIR NEWS – Duka mendalam masih menyelimuti dunia sepak bola tanah air setelah sepekan tragedi kemanusiaan Kanjuruhan. Jatuhnya korban jiwa dalam pertandingan ini menjadi tanda tanya besar sebab sejatinya suatu pertandingan harus menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Menanggapi hal itu, Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan Airlangga Forum #102 dengan tema “Sumber Daya Manusia dan Sportivitas” pada Jumat (7/10/2022) secara daring. Diskusi ini membahas dari sisi akademis terkait apa yang perlu dievaluasi menyoal kejadian yang merenggut 131 nyawa tersebut.
Salah satu narasumber webinar, Dr (Cand) Hendro Puspito SE MPSDM selaku ketua himpunan mahasiswa Sekolah Pascasarjana UNAIR menyesalkan kondisi stadion Kanjuruhan yang melebihi kapasitas saat terjadinya insiden. “Kita melihat dari kapasitas stadion Kanjuruhan kan 38 ribu, ternyata saya membaca berita juga tiket yang beredar itu 42 ribu berarti ada over capacity,” ujarnya.
Menurut Hendro, kelalaian pihak manajemen keamanan pun menjadi penyebab banyaknya korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan. Mirisnya, para korban tersebut didominasi usia produktif yang merupakan aset bangsa.
“Kalau dicabang olahraga badminton ketika mengadakan event, kita selalu siaga ambulans, tim medis, kepolisian, bahkan dari sponsor sebelum event dijalankan memberikan edukasi dan tadi pelatihan K3 memang penting. Kita juga harus melihat berapa kapasitas dari gedung dan mengikuti SOP-nya,” kata Sekretaris Umum Pengurus Provinsi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jawa Timur itu.
Selanjutnya, ia juga menegaskan bahwa persoalan lain menyangkut pola pikir suporter yang harus diubah dimana lebih mengedepankan kepercayaan diri sekaligus rasionalitas daripada perasaan. “Yang terjadi di Kanjuruhan masalah terberatnya adalah mindset karena terletak pada insekuritas daripada percaya kemampuan tim favoritnya jadi mereka merasa ada kecemasan berlebih takut kalah,” jelasnya.
Peristiwa Kanjuruhan yang menarik simpati dunia ini telah menyebabkan nama baik cabang olahraga menjadi tercoreng. Di sisi lain, merupakan momen yang tepat untuk mengakhiri rivalitas antar suporter sebab olahraga adalah hiburan yang seharusnya menjadi ajang meningkatkan kerukunan.
Pada akhir, Hendro menyoroti pentingnya nilai sportivitas dalam suatu permainan. Di samping, ia mengapresiasi tingkat solidaritas suporter bola yang tinggi dan berharap pula mereka mampu menjaga kerukunan.
“Mudah-mudahan tragedi yang di Kanjuruhan ini yang terakhir. Harapannya semua suporter yang ada di Indonesia, terutama suporter bola menjadi suporter yang bermartabat, beretika, dan berdampak baik untuk bangsa kita,” pungkas Direktur Utama PT Sinergi Inti Mineral tersebut.
Penulis: Sela Septi Dwi Arista
Editor: Nuri Hermawan