UNAIR NEWS – Staf khusus Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) RI, Drs. Abdul Wahid Maktub, Kamis (11/2) kemarin memberikan orasi ilmiah pada acara pengukuhan mahasiswa baru program Doktor, Magister, Spesialis, dan Profesi Universitas Airlangga semester genap 2015/2016.
Orasi dengan tema “Revolusi Mental untuk Sumber Daya Manusia Handal di Era Global” ini dimaksudkan sekaligus sebagai motivasi kepada para mahasiswa baru yang dikukuhkan sebagai bekal menjalani perkuliahan di UNAIR.
Dalam orasinya, Maktub menjelaskan saat ini sedang terjadi persaingan dan pertarungan yang mengharuskan kita untuk bisa menjawab segala tantangan baru yang muncul di berbagai bidang. Ilmu sebagai kunci sukses, sehingga sekolah bukan hanya untuk sekolah, namun juga untuk kemaslahatan dan keberkahan bersama.
“Perguruan tinggi akan memberi atmosfir positif untuk mengeluarkan potensi mahasiswa,” tegas Maktub.
Pada kesempatan ini, Staf Khusus Kemenrintek Dikti itu mendorong agar UNAIR memiliki relasi dan bisa bersinergi dengan masyarakat dan lembaga lain, sehingga bisa menjadi inspirasi untuk perguruan tinggi yang lain.
Ketika ditemui wartawan sesusai acara pengukuhan, Maktub menjelaskan bahwa tantangan paling penting dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah keseimbangan antara keterampilan akademik dengan vocational skill, atau ketrampilan kejuruan. Sehingga, mahasiswa tidak hanya memiliki pengetahuan belaka, tetapi juga memiliki kompetensi.
“Selama ini publik masih fokus mengejar sesuatu yang sifatnya simbolik. Seperti sertifikat dan gelar. Tapi dia lupa aspek-aspek lain bahwa dibalik gelar itu punya tanggungjawab. Selama ini orang nulis dan riset untuk sekadar formalitas, untuk mendapatkan gelar. Dia tidak berpikir hanya berhenti disitu,” kata Duta Besar Indonesia untuk Qatar tahun 2003 itu.
Untuk menjawab tantangan itu, ia menegaskan saat ini ada konektivitas antara riset dan teknologi dengan pendidikan tinggi. Supaya ada keterkaitan antara basic research dan applied research. Konektivitas itu agar ada keterkaitan antara penelitian dan kebutuhan di dunia nyata.
“Orientasinya sekarang harus berubah. Bagaimana intelektual harus mulai memberikan jawaban terhadap kebutuhan. Misalnya riset di bidang infrastruktur, pangan, energi, ketidakadilan, ekonomi. Semua harus kesana, sehingga ada keberlanjutan. Supaya mereka saling bersinergi satu sama lain,” kata Maktub.
Maktub juga menuturkan hawa hasil riset para peneliti saat ini terasing. Ia menegaskan harus ada satu respon baru. Pertama, soal mutu, kedua soal akses, ketiga relevansi, dan keempat daya saing. Hal-hal itu adalah kemampuan kompetensi untuk bisa memberikan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat. (*)
Penulis: Binti Quryatul Masruroh
Editor: Bambang Bes