UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Garuda Sakti Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Talkshow Mawapres 2024 yang bertajuk “Fair of the Most Outstanding Student: Inspiration Through Excellent Works” pada Sabtu (7/9/2024). Selama acara berlangsung, para peserta yang merupakan mahasiswa UNAIR dari berbagai fakultas dan angkatan hadir memenuhi Auditorium Ternate, ASEEC Tower, Kampus Dharmawangsa – B UNAIR.
Selain sosialisasi, talkshow mawapres kali ini mendatangkan para pemenang Mawapres Universitas Airlangga 2024, termasuk pada jenjang Vokasi. Hadir pula dalam kegiatan itu, Edith Frederika Puruhito S KM MSc selaku Pembina Mawapres UNAIR. “Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan mempersiapkan mahasiswa Universitas Airlangga untuk mengembangkan potensi diri, menuju ajang Mawapres 2025 mendatang,” ujar Edith.
Perbedaan Jenjang Vokasi dan Sarjana
Dalam Ajang Mawapres UNAIR Jenjang Vokasi terdapat indikator penilaian yakni, CU (Capaian Umum), Video Presentasi Bahasa Inggris, dan (PI) Produk Inovatif. Menurut Kristanto Mawapres Juara I Vokasi, indikator PI (Produk Inovatif) inilah yang membedakan dengan Mawapres Jenjang Sarjana.
“Nah, yang berbeda itu pada indikator Produk Inovatif. Pada jenjang sarjana terdapat GK (Gagasan Kreatif) hanya gagasan atau rancangan saja. Tetapi kalau jenjang vokasi tidak ada produk sama dengan gagal,” jelasnya.
Menurut Ibrahim Al Khowwas Mawapres Juara II Vokasi, indikator PI (Produk Inovatif) merupakan tantangan dalam proses Mawapres Vokasi 2024. “Hal ini menjadi tantangan, karena output-nya harus berupa produk yang sudah berwujud,” katanya.
Muhammad Nur Muhriza Mawapres Juara III Vokasi, menambahkan bahwa dalam mencapai indikator Produk Inovatif membutuhkan ide yang out of the box namun tetap realistis. “Memang butuh ide yang out of the box, ini lumayan tricky. Karena itu harus tetap realistis,” imbuhnya.
Produk Inovatif Mawapres Vokasi
Tiga mawapres vokasi tersebut berhasil menciptakan suatu produk yang berhasil meraih nilai tertinggi. Mulai dari Kris, ia menciptakan prototipe virus yang bisa membunuh bakteri TBC. Dari pemaparan Kris, motivasi ia menciptakan produk inovatif tersebut adalah karena melihat permasalahan tingginya kasus penyakit TBC di Indonesia.
“Saya melihat angka TBC termasuk tertinggi. Oleh karena itu, saya berusaha menemukan satu cara untuk menangani hal ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ibrahim juga melakukan hal yang sama yakni menganalisis kondisi dan permasalahan yang ada. Ia mengaku riset produk inovatif nya berfokus pada poin water sanitation SDGs. Produk inovatif yang ia ciptakan adalah Smart Filter.
Berbeda dengan dua mawapres sebelumnya yang produk inovasi berfokus pada bidang kesehatan, Muhriza menciptakan produk inovasi berupa website riset. “Produk inovasi saya harapannya merupakan wadah untuk mengumpulkan dan mengkoneksikan para peneliti,” ucapnya.
Penulis: Tsaqifa Farhana Walidaini
Editor: Yulia Rohmawati