UNAIR NEWS – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Apalagi bila ia juga menjunjung tinggi nilai dan harkat martabat bangsanya secara turun temurun yang telah diperjuangkan oleh para leluhur bangsa. Demikian pula dengan bangsa Indonesia yang begitu kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal ini, seharusnya memiliki karakter dan jiwa nasionalisme yang mengakar kuat dalam jati diri setiap rakyatnya. Namun pada kenyataanya, generasi bangsa ini seakan melupakan jati diri bangsanya.
Berangkat keprihatinan itulah, lima mahasiswa FISIP UNAIR menggagas progam mengenai pembekalan nilai-nilai karakter, rasa cinta tanah air, dan etika generasi muda saat ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Tim yang diketuai Awatar Wisya Fatwa dengan anggota Iga Ayu, Harijanti Puspa, Amrina Rosyada, dan Regita Yessy, ini menuangkan gagasannya dalam cabang PKM-Pengabdian Masyarakat(PKM-M) dengan judul “KARTIKA : Karater, Cinta Tanah Air dan Etika”. Proposal PKMM yang diajukan tahun 2015 ini akhirnya lolos dan mendapat pendanaan dari Dikti pada Kemenristek Dikti tahun 2016.
Bentuk Kegiatan
Menurut Awatar, KARTIKA merupakan kegiatan pembekalan karakter bagi generasi muda. Dikemas dalam bentuk bimbingan belajar dengan sasaran anak-anak usia Sekolah Dasar di daerah Bogen, Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya.
Tim KARTIKA kemudian rutin dalam satu minggu sekali memberikan kegiatan yang berseling. Dimulai dari pemberian wawasan Karakter Kebangsaan, Jalan-jalan (study tour) hingga pembekalan nilai-nilai moralitas, keagamaan, dan pendidikan etika bagi generasi muda.
Dijelaskan, tim sengaja mencari sasaran pada anak-anak usia sekolah dari kalangan menengah kebawah, karena menurutnya, anak usia sekolah sudah mampu mengolah pikir dan menerima materi yang disampaikan, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk hidup bermasyarakat.
”Anak usia sekolah sebagai generasi muda penerus bangsa ini harus dibekali pengetahuan tentang karakter kebangsaan supaya mereka tidak jadi generasi yang tak bermoral dan lupa akan jati dirinya,” katanya.
Hal lain, penanaman rasa cinta terhadap tanah air juga penting mengingat kita sedang berpusar dalam arus globalisasi. Sedangkan etika harus diajarkan agar generasi muda tidak tumbuh menjadi generasi sembarangan, mengingat kayanya kearifan lokal dari kebudayaan kita yang menjunjung tinggi etika yang baik,” kata Awatar dan Harijanti, selaku pelaksana acara.
Kegiatan KARTIKA ini telah berjalan sepuluh minggu, dan mampu menyadarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter, cinta tanah air dan pentingnya etika bagi generasi anak-anak di daerah itu. Selain juga merangkul pemuda di daerah itu untuk dapat dikader agar meneruskan kegiatan ini selepas masa kerja anggota Tim KARTIKA usai.
Ditanya tentang harapan dari kegiatan ini? Seluruh anggota Tim KARTIKA sepakat, “Kami mendambakan generasi muda Indonesia menjadi generasi emas yang mampu menjawab semua permasalahan negeri ini, serta mampu memajukan Indonesia yang diawali dengan hal-hal mendasar dan sederhana seperti ini. Apalagi setelah ini kita akan mendapatkan bonus demografi.” (*)
Editor: Bambang Edy S