UNAIR NEWS – Sivitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukan eksistensinya di dunia internasional. Kali ini, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, Prof Dr Sri Sumarmi, berhasil meraih predikat Best Community Engagement Project di ajang University Malaya Academia-Community Engagement (UMACE) International Symposium 2022.
“Kami hanya mempresentasikan projek ‘Desa EMAS’ yang kami lakukan untuk menurunkan angka stunting dan panelis disana (University Malaya, red) terlihat takjub,” ucap Prof Sri kepada awak media pada Jumat (23/12/2022).
Konsep ‘Desa EMAS’ sambung Prof Sri, merupakan singkatan dari Eliminasi Stunting, yakni suatu langkah konkrit untuk mewujudkan percepatan penurunan stunting di Indonesia hingga di level desa. Program tersebut, lanjutnya, merupakan hasil kolaborasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan 20 perguruan tinggi di Jawa Timur.
“UNAIR merupakan penggagas adanya program, lalu saya mengajak 19 perguruan tinggi lainnya baik negeri maupun swasta untuk membentuk suatu konsorsium perguruan tinggi,” jelas Prof Sri.
Diketahui konsorsium perguruan tinggi tersebut terdiri dari Universitas Airlangga, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Brawijaya, UPN Surabaya, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Jember, Poltekkes Kemenkes Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Universitas Trunojoyo Madura, Poltekkes Kemenkes Malang, Universitas Darul Ulum Jombang, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Universitas Surabaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Gresik, Universitas Islam Malang, STKIP PGRI Pacitan, Politeknik Negeri Madura dan Universitas Ciputra Surabaya.
“Dibentuk konsorsium perguruan tinggi Jawa Timur sebagai kepanjangan tangan dari Forum Rektor Indonesia, melalui pendanaan dari Kemendikbud Ristek skema matching fund Kedaireka,” ucapnya.
Lebih lanjut, Prof Sri menjelaskan, terdapat 18 Kabupaten atau Kota yang menjadi lokasi untuk 180 desa/kampung Emas, antara lain: Surabaya, Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Pasuruan, Kabupaten Nganjuk, Bondowoso, Bojonegoro, Malang, Kota Malang, Tuban, Pacitan, Jember, Lumajang, Gresik dan Probolinggo.
“Dalam program ini kami melibatkan 540 mahasiswa dari berbagai PT ke 180 desa lokus stunting di 18 Kabupaten/Kota se Jawa Timur,” ucap Prof Sri.
Sekedar informasi. Dalam Implementasi program, Program Desa EMAS melakukan pendekatan melalui 5 pilar, yaitu: 1) Penguatan komitmen dan visi kepemimpinan pemerintah daerah hingga desa, 2) Peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat, 3) Peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif, 4) Peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat desa, dan 5) Penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.
Penulis: Haryansyah Setiawan
Editor: Nuri Hermawan