n

Universitas Airlangga Official Website

Tenaga Kependidikan UNAIR Lanjutkan Wisata Religi Ziarah Wali Songo

wisata religi
DIANTARA tenaga kependidikan UNAIR dan keluarganya saat berdoa di makam Sunan Muria, Kab. Kudus, Senin (25/12) dini hari. (Foto: Bambang Bes)

UNAIR NEWS – Tradisi tahunan ziarah Wali Songo oleh tenaga kependidikan (tendik) Universitas Airlangga yang dilaksanakan setiap akhir tahun, tahun ini kembali terlaksana, setelah tahun lalu sempat vakum. Ziarah ke makam para Waliyullah penyebar Islam di Jawa itu dilaksanakan pada tanggal 24-26 Desember 2017, memanfaatkan libur long weekend di penghujung tahun.

Sebanyak 90-an lebih tendik UNAIR, diantaranya bersama keluarganya, mengikuti wisata religi ini. Dua buah bus yang dicarter peserta  berangkat dari kampus B UNAIR Jl. Airlangga, Minggu (23/12) pagi, dan sampai di kampus B kembali Selasa (26/12) malam.

”Alhamdulillah wisata religi Wali Songo tahun ini bisa terlaksana setelah karena sesuatu hal tahun lalu tidak bisa berangkat. Kali ini berkat kebersamaan teman-teman dan support pimpinan untuk memanfaatkan liburan secara positif,” kata Tri Suryanto, koordinator panitia.

Tujuan wisata ziarah Wali Songo ini, lanjut Tri, sebagai insan Islam antara lain untuk meningkatkan keimanan dengan napak tilas kesejarahan para wali dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa. Dengan berziarah di pusaranya dan diterangkan oleh para imam ziarah, sedikit banyak peziarah mengerti riwayat perjuangan para wali, sehingga diharapkan bisa meneladani dan meningkatkan keimanannya.

wisata religi
PESERTA ziarah Wali Songo tenaga kependidikan UNAIR dan keluarganya berfoto bersama usai salat berjamaah di Masjid Agung, Tuban, Minggu (24/12). (Foto: Bambang Bes)

”Kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan mendoakan waliyullah, ulama pendahulu, para Sunan yang telah berjasa membangun negeri ini. Beliaulah yang paling awal menyebarkan akidah agama Islam. Dan sebagai generasi penerus, kita mengikuti jejaknya dan mendoakan semoga apa yang dilakukan pada masa lalu itu mendapat ridlo dari Allah SWT,” tambah Tri, tokoh penggiat kesenian reog Ponorogo di Surabaya ini.

Atas nama semua peserta ia menyampaikan terima kasih kepada Rektor UNAIR yang memberi bantuan fasilitas. Dengan terlaksananya kegiatan ini maka peserta bisa berdoa di tempat yang penuh sejarah dan karomah, sehingga dengan wasilah para waliyullah bisa tersampaikan doa-doa terbaik.

”Diantara doa itu kami memohon kepada Allah untuk Universitas Airlangga agar diberikan jalan dan kelancaran dalam menuju ranking 500 terbaik dunia. Hal itu karena UNAIR itu almamater kita dan sangat membanggakan jika cita-cita itu dapat tercapai,” tambah Tri.

Dari Bungkul Hingga Pandan Aran

Tour wisata religi itu diawali doa bersama di kampus B. Bus kemudian bergerak menuju Taman Bungkul, peserta ziarah di makam Mbah Bungkul (Ki Ageng Mahmudin), atau mertua Sunan Giri. Dari Bungkul lalu bergeser ke Sunan Ampel (Raden Rahmat). Di komplek ini juga ditambah berdoa di makam Mbah Soleh, pengikut setia Sunan Ampel.

Seperti diketahui, di setiap makam sunan, dengan dipimpin imam ziarah, peserta melantunkan tahlil yang diakhiri doa-doa. Dari Surabaya, rombongan UNAIR menuju makam Sunan Giri (Raden Paku), murid Sunan Ampel di Gresik.

Masih di Gresik, kemudian bergeser ke makam Syeh Maulana Ishaq. Namun karena pertimbangan waktu dan “ribetnya” transportasi, rencana ke makam Maulana Malik Ibrahim sebagai Wali Songo yang paling awal, ditiadakan. Sehingga dilanjutkan ke makam Sunan Drajat (Raden Qosim) di Kab. Lamongan, kemudian dilanjut ke makam Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) di Kabupaten Tuban.

wisata religi
SEBAGIAN peserta wisata religi tenaga kependidikan UNAIR berswafoto mendokumentasi indahnya menara Masjid Al-Manar peninggalan Sunan Kudus, seusai salat Subuh, Senin (25/12). (Foto: Bambang Bes)

”Raden Qosim itu merupakan adik sunan Makdum Ibrahim, jadi keduanya adalah putera Sunan Ampel,” kata seorang imam ziarah di bus-2.

Selepas dari Tuban sekitar pukul 20.00, rombongan bergerak menuju lereng Gunung Muria untuk berziarah ke makam Sunan Muria atau Raden Umar Said. Tiba di puncak Muria di Kab. Kudus ini sudah tengah malam, sehingga perjalanan dilanjutkan ke Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq sekaligus melaksanakan salat Subuh.

Sunan Kudus, cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini, dikenal dengan peninggalannya berupa masjid Al-Manar yang dilengkapi sebuah menara berarsitek menyerupai candi. Masjid yang dibangun tahun 1549 M (956 H) ini memadukan konsep budaya Islam dan budaya Hindu-Buddhis, sehingga sangat kharismatik dan menarik sebagai akulturasi dalam peng-Islaman Jawa.

Berikutnya ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak. Sunan bernama asli Raden Mas Said ini merupakan ayah Sunan Muria. Dari Demak perjalanan dilanjutkan ke Pekalongan. Di Kota Batik ini peziarah mampir ke makam Al-Habib Achmad bin Abdullah Bin Tholib Alatas di Sapuro, Pekalongan. Baru setelah itu langsung menuju makan Sunan Gunungjati atau Syarif Hidayatullah di Kabupaten Cirebon. Inilah satu-satunya Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat.

Setelah dari Cirebon lalu melakukan “tour panjang” hingga makam Sunan Pandan Aran, di Sembayat, Klaten, Jateng. Barulah kemudian rehat dengan rekreasi ke pusat perbelanjaan di Kota Solo. Namun karena persoalan waktu, maka rencana kunjungan paling akhir ke makam Gus Dur ditiadakan. Rombongan tendik UNAIR langsung menuju Surabaya. Tiba di kampus B UNAIR pukul 23.55 WIB. Peserta ziarah pulang menuju rumah masing-masing dan esok harinya kembali bekerja. (*)

Penulis: Bambang Bes