UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa prodi Pendidikan Dokter Hewan (FKH) Universitas Airlangga dalam penelitiannya dalam Program Kreativitas Mahasiswa berhasil menemukan tepung Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) sebagai pakan Additive dan mampu menurunkan kadar kolesterol pada telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica).
Peneliti mahasiswa tersebut adalah Al Hambra Beac Seflidwisian bersama dua rekannya Gogik Satrio Margo Utomo dan Annisa Khusul Hidayah. Dibawah bimbingan Dr. Widya P. Lokapirnasari, drh., MP., dosen FKH UNAIR, proposal mereka berhasil lolos seleksi dan memperoleh dana penelitian Kemenristekdikti dalam program PKM bidang Penelitian Eksakta tahun 2018.
Judul proposal mereka adalah ”Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) Sebagai Pakan Additive Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Low-Density Lipoprotein (K-LDL) Kuning Telur Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)”.
Menurut Al Hambra Beac Seflidwisian, ketua tim ini mengutip sebuah penelitian, bahwa telur burung puyuh memiliki kandungan gizi lebih tinggi dari telur ayam. Telur puyuh memiliki kandungan protein 13,05 g, lebih tinggi dari telur ayam (12,58 g). Namun kolesterol pada telur puyuh juga terbilang tinggi.
Padahal burung puyuh merupakan komoditas yang mampu bersaing dengan komoditas unggas yang lain, karena kemampuan reproduksinya yang terbilang cepat, hanya 42 hari dan jumlah populasinya yang banyak.
Sementara menurut catatan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Surabaya, populasi ikan pembersih kaca atau ikan sapu-sapu (Suckermouth) di Kali Surabaya sangat tinggi dibanding jenis ikan lainnya. Selain itu kandungan asam lemak tak jenuh yang ada juga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
”Untuk itu kami melakukan penelitian, karena masih kurangnya pemanfaatan Ikan sapu-sapu yang melimpah itu dimanfaatkan,” kata Al-Hambra.
Dengan manfaat sebagai pakan unggas yang bisa menurunkan kadar kolesterol, maka akan mendorong bidang perunggasan meningkatkan usahanya, khususnya ternak burung puyuh karena kandungan kolesterol pada telurnya tidak lagi tinggi.
Spesies ikan sapu-sapu dan burung puyuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang banyak ditemukan di Indonesia, yaitu ikan sapu-sapu jenis Pterygoplichthis pardalis dan burung puyuh jenis Jepang Catornix catornix japonica.
Tim melakukan penelitian selama 18 hari. Diawali masa adaptasi tujuh hari. Jumlah hewan coba yang digunakan sebanyak 24 ekor burung puyuh betina usia produktif yang dibedakan dalam berbagai perlakuan. Misalnya dalam hal pemberian pengganti tepung ikan sapu-sapu dalam jumlah berbeda.
Sebelum diteliti, terlebih dahulu diuji kandungan gizi dalam tepung ikan Sapu-sapu Pterygoplichthys pardalis. Misalnya kandungan bahan kering (BK) = 94,0147%, Protein Kasar (PK) = 44,9766 %, Lemak Kasar (LK) = 15,8872 %, Serat Kasar (SK) = 4,8094 %, Abu = 27,9069 %, BETN = 0,4346 % dan ME = 2.670,0411 Kcal/kg serta tidak terdeteksi kandungan logam timbal (Pb) metode AAS dengan BD 0,01 ppm.
Hasil penelitian tersebut menunjukan substitusi tepung ikan sapu-sapu dapat menurunkan kadar kolesterol LDL pada kuning telur burung puyuh dengan persentase tertinggi sebesar 48,54%.
Penurunan kadar kolesterol LDL ini diikuti dengan kenaikan persentase kadar kolesterol HDL tertinggi sebesar 96,43%, dimana kelompok P1 = 15,22 mg/dL dan P2 = 426,09 mg/dL dan kandungan protein telur burung puyuh mengalami peningkatan 50,96 % dimana K = 31,69 g/dL, P1 = 51,14 g/dL dan P2 = 64,63 g/dL pada telur hari terakhir masa percobaan.
Substitusi tepung ikan Sapu-sapu juga terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol total kuning telur burung puyuh dengan presentase penurunan terbesar pada hari ke-16, yaitu sebesar 47,14%.
Al-Hambra Dkk berharap penelitian ini menjadi referensi penelitian selanjutnya terhadap pemanfaatan ikan Sapu-sapu dan implikasinya terhadap perunggasan, khususnya burung puyuh. Selain itu dapat menumbuhkan konsumsi telur puyuh karena tingginya kandungan protein tanpa harus takut akan tingginya kolesterol di dalamnya. (*)
Editor : Bambang Bes