Universitas Airlangga Official Website

Tepung Teritip Potensial Jadi Sumber Protein Pengganti Pakan Kelinci 

UNAIR NEWS – Kelinci berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai penghasil daging. Namun, pemeliharaan kelinci sebagai sumber protein hewani belum dilakukan secara optimal karena ransum kelinci yang tersedia pada saat ini masih terbatas, sehingga harga ransum komplit tersebut lebih mahal. 

Potensi Teritip

Pakar peternakan prodi Kedokteran Hewan, Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA), Universitas Airlangga Banyuwangi, Bodhi Agustono drh M Si mengatakan perlu ada upaya dalam mengatasi masalah tersebut maka dilakukan dengan mencari bahan pakan alternatif yang murah, tidak membahayakan ternak, tidak bersaing dengan manusia, dan tersedia cukup. Potensi yang dapat dikembangkan salah satunya adalah teritip.

“Salah satu bahan tersebut adalah teritip. Teritip merupakan hewan air dari kelas Crustacea dari sub kelas Cirripedia, yang dalam Bahasa Inggris disebut barnacle. Teritip mudah ditemukan di daerah pasang-surut, pantai terbuka, lautan lepas, hingga laut dalam”, katanya..

Bodhi menjelaskan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan protein kasar (KCPK) dan kecernaan serat kasar (KCSK) ransum komplit yang disubstitusi tepung teritip sebagai sumber protein pada kelinci pedaging jantan jenis rex. Penelitian ini menggunakan kelinci umur 3-4 bulan sebanyak 20 ekor. 

“Penelitian dilaksanakan selama empat minggu yang bertempat di Teaching Farm Fakultas Kedokteran Hewan PSDKU Banyuwangi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dengan lima kali ulangan”, jelasnya. 

Pakar peternakan prodi Kedokteran Hewan, Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA), Universitas Airlangga Banyuwangi, Bodhi Agustono drh M Si
Analisis Pengaruh Ransum Campuran Teritip

Dosen SIKIA tersebut mengatakan data di analisis dengan Analysis of Variance (Anova), jika berbeda nyata (p<0,05) dilanjutkan dengan Uji Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan tingkat signifikansi 5%. Penambahan tepung teritip sebagai feed subtitusi sumber protein masing-masing sebesar 0% (P0), 2,5% (P1), 5% (P2), dan 7,5% (P3). 

Dalam Penelitian tersebut dokter Bodhi menuturkan memberikan beragam perlakuan tersebut yaitu (P0) ransum komplit mengandung sumber protein tepung ikan 15%, (P1) ransum komplit mengandung sumber protein tepung ikan 12,5% + tepung teritip 2,5%, (P2) ransum komplit mengandung sumber protein tepung ikan 10% + tepung teritip 5%), (P3) ransum komplit mengandung sumber protein tepung ikan 7,5% + tepung teritip 7,5 %. 

“Pengumpulan data dilakukan pada minggu ke empat (selama tujuh hari) yang meliputi data konsumsi, berat feses serta analisis dari pakan perlakuan dan feses”, tuturnya.

Rata-rata nilai kecernaan protein kasar (%) masing-masing P0, P1, P2, dan P3 pada perlakuan yaitu 76,84 ± 0,81; 76,45 ± 1,41; 76,09 ± 0,60; dan 77,47 ± 1,01. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata (p>0,05) pada pemberian tepung teritip sebagai feed subtitusi sumber protein terhadap kecernaan protein kasar kasar kelinci pedaging. Rata-rata nilai kecernaan serat kasar (%) masing-masing P0, P1, P2, dan P3 pada perlakuan yaitu 36,67 ± 2,86; 50,81 ± 1,57; 49,42 ± 1,30; dan 45,93 ± 2,77.

“Hasil Anova menunjukkan bahwa perlakuan nyata (p<0,05) pada pemberian tepung teritip sebagai feed subtitusi sumber protein terhadap kecernaan serat kasar kelinci pedaging berpengaruh terhadap kecernaan serat kasar kelinci. Kecernaan serat kasar kelinci yang mendapat perlakuan P0 lebih rendah dibandingkan dengan kecernaan serat kasar kelinci yang mendapat perlakuan P1, P2 dan P3”, ungkap Bodhi Agustono drh M Si. 

Maka berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecernaan protein kasar dan serat kasar kelinci yang mendapat ransum komplit mengandung tepung teritip sebagai feed subtitusi sumber protein pada berbagai level dapat menggantikan sumber protein hewani tepung ikan pada ransum komplit.

Penulis:azhar burhanuddin

Editor:Feri Fenoria