Universitas Airlangga Official Website

Terapi Target untuk Kanker Darah Kini Lebih Terjangkau

UNAIR NEWS – Kanker darah atau keganasan hematologi menjadi tantangan besar di dunia kesehatan. Data global pada tahun 2022 menunjukkan bahwa jenis kanker ini merupakan penyumbang kasus kanker dengan lebih dari enam persen, sedangkan kematian akibat kanker mencapai lebih dari tujuh persen. 

Menyikapi permasalahan tersebut, Guru Besar Ilmu Hematologi Molekular dan Hemostasis, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Yetti Hernaningsih dr SpPK SubspHK(K) menyampaikan orasi ilmiahnya di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C UNAIR pada Kamis (22/5/2025). Dalam penyampaiannya, ia menyebutkan bahwa upaya melawan kanker merupakan prioritas nasional. 

“Global Cancer Observatory menyatakan bahwa tanpa adanya perubahan strategi, maka beban kasus dan kematian kanker antara tahun 2025 hingga 2040 di Indonesia akan meningkat sebesar 63 persen. Menurut data Kemenkes RI pada survei 2022, kanker untuk limfoma non-Hodgkin dan leukemia masih berada pada sepuluh tertinggi dalam hal insiden dan angka kematian,” terangnya. 

Pemeriksaan molekuler genetik penting dilakukan sebagai dasar diberikannya terapi yang spesifik. Ini akan menargetkan mutasi genetik tertentu dan bersifat personal. Ia mengungkapkan bahwa saat ini sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang dapat melakukan pemeriksaan fusi gen BCR-ABL pada keganasan leukemia mieloid kronik (CML) dengan metode PCR. 

“Tes cepat molekuler berbasis PCR telah dikembangkan dalam sepuluh tahun terakhir. Sehingga didapatkan kemudahan dan kepraktisan bagi rumah sakit yang mengerjakannya,” jelasnya. 

Lebih lanjut, ia juga menerangkan bahwa pasien pengidap CML yang terbukti ditemukan fusi gen BCR-ABL dapat diberikan pengobatan golongan Inhibitor Tyrosine Kinase yang merupakan terapi target. “Obat ini telah masuk dalam BPJS sehingga pasien BPJS dapat menerima pengobatan pengobatan target. Pengobatan ini memberikan hasil yang baik daripada pengobatan sebelumnya yang belum menggunakan terapi target,” terangnya. 

Teknologi molekuler berhasil merevolusi diagnostik keganasan hematologi dengan menawarkan pendekatan yang lebih baik untuk diagnosis, prognosis, dan pemantauan penyakit. Menurutnya, pendekatan molekuler genetik pada keganasan hematologi sudah sesuai dengan konsep precision medicine. 

Precision medicine adalah pengobatan yang mengoptimalkan terapi bagi pasien secara personal. Memaksimalkan manfaat sekaligus membatasi toxisitas. Tujuan ini sebenarnya bukan hal baru dalam praktik pengobatan Hematologi telah lama menjadi garda terdepan dalam  precision medicine,” ucapnya. 

Pada akhir, ia merekomendasikan agar terdapat pembagian pusat layanan kesehatan untuk keperluan diagnosis keganasan hematologi yang spesifik agar pemeriksaan dapat terpusat. “Dengan demikian, efektif dan efisiensi dapat tercapai, sehingga dalam sisi biaya dapat terjangkau dan masuk dalam pedoman praktik klinik serta terbayarkan oleh sistem jaminan kesehatan nasional,” pungkasnya. 

Penulis: Mohammad Adif Albarado

Editor: Khefti Al Mawalia