n

Universitas Airlangga Official Website

Tiga Guru Besar Baru UNAIR Akan Dikukuhkan

3 Gubes
(Dari kiri) Prof. Dr. R. Tatang Santanu Adikara, M.Sc., drh (Fakultas Kedokteran Hewan), Prof. Dr. Drs. H. Widi Hidayat, M.Si., Ak., CA., CMA (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), dan Prof. Dr. I Dewa Gede Ugrasena, dr., Sp.A (K) (Fakultas Kedokteran). (Foto: Bambang BES)

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga akan mengukuhkan tiga guru besar baru, Rabu (24/5). Ketiga guru besar tersebut menjadi bukti bahwa UNAIR melahirkan ilmuwan-ilmuwan baru untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

Ketiga guru besar yang akan dikukuhkan adalah Prof. Dr. R. Tatang Santanu Adikara, M.Sc., drh (Fakultas Kedokteran Hewan), Prof. Dr. Drs. H. Widi Hidayat, M.Si., Ak., CA., CMA (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), dan Prof. Dr. I Dewa Gede Ugrasena, dr., Sp.A (K) (Fakultas Kedokteran).

Sebelum dikukuhkan, Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR menggelar jumpa pers bersama ketiga guru besar yang dihadiri para awak media, Selasa (23/5). Dalam jumpa pers yang dipimpin langsung Sekretaris PIH Dr. Bimo Aksono, mereka memaparkan tentang materi orasi ilmiah.

Prof. Tatang menyampaikan ringkasan orasi berjudul “Peran Akupunktur dalam Ilmu Anatomi dan Kesejahteraan Masyarakat”. Tatang yang juga Guru Besar FKH aktif ke-26 menggunakan soft laser untuk pada titik-titik akupunktur pada hewan yang ia sebut dengan laserpunktur.

“Laserpunktur bisa digunakan untuk meningkatkan kesehatan hewan, peningkatan produktivitas berat badan, produksi susu, peningkatan stamina hewan-hewan pacu dan paduan, dan juga peningkatan kemampuan reproduksi,” tutur Guru Besar UNAIR ke-456 dalam jumpa pers tersebut.

Konsep ke depan, laserpunktur dapat digunakan untuk mempersiapkan jenis-jenis unggulan asli ras Indonesia.

Ada pula Prof. Widi yang menyampaikan orasi berjudul “Optimalisasi Kinerja Entitas melalui Sinergi Internal dan Eksternal Audit”. Dalam jumpa pers tersebut, Guru Besar FEB aktif ke-21 menyampaikan bahwa entitas pemerintah dan bisnis perlu bersinergi demi perbaikan tata manajemen.

“Agar proses audit internal dan eksternal tidak menjadi beban,” tegas Guru Besar UNAIR ke-457.

Terakhir, Prof. Ugrasena juga menyampaikan orasi berjudul “Strategi Meningkatkan Kesintasan Kanker pada Anak dalam Situasi yang Penuh Tantangan”. Guru Besar FK aktif ke-107 itu menyebutkan, angka sintas yang rendah pada anak dengan penyakit kanker.

Ugrasena yang juga Guru Besar UNAIR ke-458 mengidentifikasi setidaknya ada sembilan yang membuat angka sintas tersebut rendah. Di antaranya adalah keterlambatan tiba di fasilitas medis, keterbatasan finansial, keterbatasan tenaga, ketersediaan macam obat yang minim, malnutrisi, dan keterbatasan kapasitas tenaga medis.

Penulis: Defrina Sukma S

Editor: Nuri Hermawan