UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga tak henti-henti menorehkan prestasi gemilang. Kali ini, prestasi tersebut datang dari Abdullah Abimanyu Harahap (FISIP 2022), Najwa Latifah (FISIP 2022), serta Hansen Daffa (FST 2022) yang sukses menyabet Juara 1 Lomba Debat pada Psychology Fair 2023 yang diadakan oleh Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Lomba itu mengusung tema Transition Period to New Normal Era dan berlangsung secara offline selama dua hari, tepatnya pada 15-16 April 2023.
Kepada UNAIR NEWS, Abdul mengutarakan bahwa selama proses pendaftaran terdapat sebuah fun fact. Ia dan tim baru mendaftar satu bulan setelah penutupan registrasi. “Awalnya kita iseng-iseng daftar. Tapi ternyata pas liat posternya kok udah closrec. Tapi di sisi lain kita penasaran. Akhirnya kita tanya ke panitia dan ternyata masih ada slot kosong. Terus yaudah deh, kita daftar,” ujar Abdul.
Proses Lomba
Pada babak pertama, mereka berdebat dengan mosi Dewan ini ingin melegalkan LGBT. Uniknya, Abdul dan tim berada di pihak pro sehingga mereka harus membuat pernyataan yang mendukung mosi tersebut.
“Ini tentu menjadi tantangan yang berat, karena mosi bertolak belakang dengan prinsip dasar kami yang menolak LGBT. Tapi itulah serunya debat. Dimana kami dituntut untuk berpikir kreatif dari perspektif yang berbeda,” ungkap Abdul soal pentingnya berpikir kreatif dalam lomba debat UKWMS itu.
Saat itu, mereka berpendapat bahwa sebagai negara berkembang, seharusnya segala hukum tidak bersumber dari agama, melainkan sumber yang menganut sistem konstitualisme. Jika menciptakan hukum yang berorientasi pada agama, maka melahirkan sistem hukum yang konkret merupakan hal yang mustahil karena adanya subjektivitas nilai.
Terlebih, Indonesia merupakan negara struktural yang terdiri dari enam agama berbeda serta suku yang beragam. Dengan itu, hukum yang berlaku akan menjadi semakin bias. Sehingga dengan sistem konstitualisme, seharusnya LGBT menjadi legal sekalipun agama Islam adalah mayoritas.
Abdul menambahkan, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini banyak negara berkembang yang masih bergantung pada negara-negara maju, baik dalam sektor teknologi, pendidikan, dan ekonomi. Perbedaan nilai antara keduanya cenderung memutus kerja sama dan berpotensi merugikan salah satu pihak.
“Contohnya Amerika dan Arab. Arab menetapkan hukuman mati untuk beberapa pelanggaran dengan kategori tertentu. Di sisi lain, Amerika adalah sebuah negara yang menganut ideologi liberalisme atau kebebasan manusia. Oleh karena itu, kalau kita lihat sekarang, sering sekali terjadi perselisihan antara keduanya, tidak lain karena perbedaan ideologi tersebut,” tukas Abdul.
Menjadi Juara
Singkat cerita, setelah unggul dari berbagai universitas ternama seperti Universitas Surabaya (UBAYA) dan Universitas Sebelas Maret (UNS), Abdul dan tim berhasil melesat hingga babak grand final sekaligus menjadi juara, dimana saat itu mereka berhadapan dengan perwakilan dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Sebagai orang yang masih newbie di lomba debat, kami seneng banget karena merasa ada progres yang baik. Apalagi bisa unggul dari UGM yang notabennya mahasiswa terbaik di Indonesia,” tutur mahasiswa Ilmu Politik tahun pertama itu.
Di akhir wawancara, Abdul berpesan agar mahasiswa lain dapat menemukan dan fokus terhadap bidang yang mereka minati sebagai bentuk personal branding. “Kalau kamu punya skill atau potensi diri, kembangin, dan jadikanlah potensi itu menjadi sebuah identitas bagi dirimu. Jangan takut mencoba, karena sejatinya kamu itu kalah kalau ga mencoba sama sekali,” tutup Abdul. (*)
Penulis: Yahya Ayash Mujahid
Editor: Binti Q Masruroh