Universitas Airlangga Official Website

Tiga Poin Penting dalam Pengerjaan Business Case Competition

Alumnus UNAIR Elisabeth Ekaputri menjelaskan tiga hal penting tentang perlombaan Business Case dalam webinar Management Competition Training 2022. (Sumber: Tangkapan layar Zoom Meetings)

UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) menyelenggarakan webinar Management Competition Training 2022 dengan tema “How to Improve the Millenial’s Critical Thinking in Today’s Business” pada Jumat (20/5/2022).

Webinar tersebut turut mengundang Elisabeth Ekaputri alumnus FEB UNAIR sebagai pembicara. Elisabeth merupakan finalis HSBC Business Case Contest sekaligus menjadi representatif Jawa Timur.

Hadir sebagai narasumber, ia menyampaikan tiga poin penting yang harus diperhatikan peserta ketika mengikuti business case competition. 

Perhatikan Struktur

Pertama, Elisabeth menjelaskan terkait bagian yang harus menonjol dalam business case, di antaranya adalah akar permasalahan, poin-poin pendukung, dan solusi. 

“Idealnya, tiga hal ini harus ada, lebih tergantung ke case-nya itu seperti apa. Jadi, harus banyak belajar case,” ucapnya.

Ia berpesan agar peserta juga memperhatikan penulisan struktur karena proses ini cukup penting.

“Pilih struktur yang paling kalian suka. Misalnya, di awal harus ada akar permasalahan, jadi di sinilah berpikir kritis dilatih. Kita harus merumuskan masalah dan cari inti utama case. Terus, kita kasih poin-poin pendukung kenapa kita berpikir seperti itu, apa yang membuat kita berpikir A adalah B atau A itu akar permasalahan B karena poin-poin itu juga penting. Baru di akhir solusi kreatif,” jelas Mawapres FEB tahun 2017 itu.

Membaca Business Case

Kedua, peserta juga harus cerdik dalam membaca business case sebab waktu yang disediakan tidak banyak dan case-nya bisa berlembar-lembar. Oleh karenanya, Elisabeth memberikan tiga teknik membaca business case, yaitu membaca detail, membaca skimming dengan teknik pomodoro, dan membaca sambil membuat catatan penting.

“Tiga teknik itu tetap punya pro cons-nya masing-masing. Baca detail bisa buat kita paham, tapi waktunya lama. Skimming waktunya singkat, tapi bisa jadi ada yang kelewat. Sambil buat notes, waktunya lebih panjang lagi karena baca dan nulis jadi bareng, tapi gak perlu bolak-balik,” ujarnya.

“Kembali ke rasa nyaman masing-masing dan perhatikan waktunya. Aku sarankan kalian bisa kombinasi, ada paragraf yang harus skimming, baca detail, dan sebagainya karena kombinasi bisa bantu manfaatkan waktu,” tambah dia. 

Gaya Presentasi

Terakhir dan yang tak kalah penting adalah gaya presentasi. Ajang business case tidak hanya membaca dan menjawab soal, melainkan juga presentasi di depan para juri. Menurut Elisabeth, ada empat gaya presentasi yang mewakili business case competition, yaitu: 

  1. Solution-oriented, di mana orientasinya adalah solusi sehingga hal yang dibahas pun akan fokus terhadap solusi.
  2. Theory-based, maksud gaya ini adalah melihat teori, seperti teori dalam buku atau pembelajaran di kelas.
  3. Data-driven, di mana gaya ini fokus pada data dan fakta, contohnya angka pengangguran di Indonesia, dan sebagainya.
  4. Fun and engaging, gaya ini lebih memprioritaskan fleksibilitas sehingga dapat menarik dan asyik.

Namun, peserta harus ingat bahwa gaya presentasi setiap orang berbeda. Oleh karenanya, sebelum presentasi perlu diskusi terlebih dahulu bersama tim agar dapat fokus. (*)

Penulis: Rafli Noer Khairam

Editor: Binti Q. Masruroh