UNAIR NEWS – Pada Rabu (5/4/2023) terdapat peristiwa terdamparnya paus sperma di Pantai Yeh Malet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan warga setempat berhasil membawa paus sperma tersebut ke laut dalam kondisi hidup. Tapi paus tersebut kembali terdampar dan mati.
Tim Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar langsung menuju tempat kejadian sesaat setelah adanya laporan. Menanggapi hal ini, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) mengirimkan tim khusus. Tim khusus dari FKH terdiri dari drh Bilqisthi Ari Putra MSi, empat mahasiswa co-ass, dan dua mahasiswa program sarjana.
drh Bilqisthi yang menjadi ketua tim medik menceritakan bahwa tim membawa paus sperma menggunakan alat berat. Hal itu untuk proses autopsi dan penguburan. Dari hasil autopsi, paus sperma tersebut memiliki bobot lebih dari 10 ton, panjang 17,6 meter dengan panjang lengkung 18,2 meter, dan berjenis kelamin jantan.
Pengambilan Sampel
Hasil autopsi sementara adalah paus tersebut memiliki beberapa kelainan. “Ada pendarahan paru-paru, pendarahan usus, dan ada indikasi diare sebelum kematian,” jelasnya.
Sosok dosen FKH UNAIR tersebut menambahkan bahwa turut ada pula makanan di dalam usus namun lambung dalam kondisi kosong. Tim memperkirakan paus sperma tersebut terakhir makan 24 jam sebelumnya. “Ditemukan juga adanya cacing di lambung dan usus yang terkonfirmasi jenis nematoda,” terang drh Bilqisthi pada Jumat (7/4/2023).

Selanjutnya, untuk memastikan sebab terdampar dan kematian paus sperma, ada pengambilan sampel untuk diuji lebih lanjut di Laboratorium Patologi FKH UNAIR. “Beberapa sampel seperti gigi, lambung, usus, paru, testis, saraf, kulit, dan darah. Diperkirakan hasil pemeriksaan akan keluar dalam 14 hari pengerjaan,” ungkapnya.
Penerjunan tim khusus ini merupakan tindak lanjut dari surat BPSPL Denpasar yang dikirimkan kepada Dekan FKH UNAIR yakni Prof Dr Mirni Lamid drh MP. Sampel yang ada akan diperiksa dengan baik dan akan diumumkan hasilnya kepada masyarakat setelah selesai.
FKH UNAIR sendiri kerap menerjunkan tim khusus dalam menanggapi berbagai fenomena soal hewan. Beberapa fenomena tersebut seperti kematian anjing di Sirkuit Mandalika, terdamparnya paus di Bangkalan, bom ikan di Banyuwangi, penyelamatan penyu di Pulau Lusi, dan masih banyak lagi. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Binti Q. Masruroh