Universitas Airlangga Official Website

Tim PKM RE FTMM Usung Inovasi Tumbuhan Tempuyung sebagai Anti-TBC

Ilustrasi daun tempuyung (Foto: Orami)
Ilustrasi daun tempuyung (Foto: Orami)

UNAIR NEWS – Tim PKM RE Universitas Airlangga (UNAIR) Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) berhasil membuat inovasi ekstrak daun dan akar Tempuyung guna antisipasi potensi penyakit TBC. Beranggotakan Mayfa Nabila Kezya, Vella Ananka Putri, Rani Naomi Agustina Panjaitan, dan R Natasyha Gabriella M, tim ini berada di bawah bimbingan Tahta Amrillah S Si M Sc Ph D dan Ilma Amalina S Si  M Si Ph D.

Tim tersebut mengusung penelitian berjudul Sintesis dan Simulasi Molekular Dinamik Sonchus Arvensis menjadi Nanopartikel Perak sebagai Solusi Inovatif Untuk Anti-TBC. Tanaman Tempuyung dipilih sebagai objek penelitian sebab tumbuhan liar tersebut mengandung beragam manfaat.

“Inovasi ini berawal dari salah satu anggota kami, Rani, di mana sekitar rumahnya terdapat tumbuhan Tempuyung. Ketika kami melakukan riset, ternyata daun tersebut banyak manfaatnya, tetapi pemanfaatannya sebagai anti-TBC masih kurang. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memanfaatkan tanaman tersebut sebagai anti-TBC,” ujar Mayfa, ketua tim PKM.

Inovasi yang tengah digarap Mayfa dan kawan-kawannya ini berupa pemanfaatan nanomaterial dalam dunia kesehatan. Mereka memanfaatkan tumbuhan liar yang cukup banyak tumbuh di wilayah sekitar rumah salah satu anggota, yaitu di Medan.

“Untuk pertumbuhan tanamannya, kebetulan termasuk dalam jenis tanaman liar, sehingga tidak perlu keadaan tertentu untuk tumbuh. Dan tumbuhannya sendiri banyak dijumpai di daerah Medan,” terangnya. 

Diketahui bahwa tumbuhan tersebut memiliki banyak manfaat. Namun, fokus penelitian yang mereka pilih adalah manfaat ekstrak daun dan akarnya, yang hingga saat ini masih jarang diteliti.

“Untuk salah satu manfaatnya, sebagai peluruhan batu ginjal dan antioksidan. Beberapa orang menggunakan tanaman ini sebagai obat batu ginjal. Namun, setelah kita cari-cari tentang penelitian tumbuhan Tempuyung ini, jika dikaitkan dengan nanoteknologi dapat digunakan sebagai anti-bakteri tuberculosis. Dan terkait itu masih banyak yang belum meneliti. Mengingat TBC merupakan penyakit dengan angka kematian tertinggi setelah Covid 19,” jelasnya. 

Selanjutnya, Mayfa menjelaskan terkait proses dalam penelitiannya. “Dalam proses pengerjaan, kami membuat ekstrak daun dan akar dari taman terlebih dahulu. Kemudian membuat Ag nanopartikel sebagai material yang memiliki potensi untuk anti-TBC. Apabila materialnya berhasil terbentuk, akan kami lakukan berbagai macam karakterisasi sebagai data pendukung dan pengujian secara langsung ke bakteri Tuberculosis,” papar Mayfa. 

Hambatan dan kendala sempat Mayfa dan tim alami. Salah satunya, kesulitan dalam menemukan potensi anti-TBC dalam bahan AgNO3. “Kebetulan untuk PKM yang kami jalani, sedang mengalami kesulitan, di mana untuk sintesis ekstrak akar tanaman Tempuyung dengan bahan AgNO3 masih belum menemukan potensi dapat digunakan sebagai anti-TBC. Tetapi untuk sintesis daun, alhamdulillah sudah menemukan potensi tersebut dan dalam proses untuk pengujian ke bakteri tuberculosis,” sambungnya.

Dalam ajang PKM ini, Mayfa selaku Ketua tim menyampaikan harapan atas penelitiannya. “Harapannya, supaya hasil dari proyek kami sesuai dengan hipotesis, sehingga riset ini dapat dilakukan lebih lanjut untuk penyakit Tuberculosis,” pungkasnya.

Penulis: Annisa Nabila

Editor: Yulia Rohmawati