Universitas Airlangga Official Website

Tim PKM-RSH Angkat Inovasi Pengasuhan Positif Berbasis Falsafah Jawa

Tim PKM A'ida sebagai ketua, Mujahidah, Dhita, Aulia, dan Mohamad sebagai anggota (Foto: Dok Tim)
Tim PKM A'ida sebagai ketua, Mujahidah, Dhita, Aulia, dan Mohamad sebagai anggota (Foto: Dok Tim)

UNAIR NEWS – Lima mahasiswa Fakultas Psikologi (Fpsi) Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) dengan inovasi bertajuk “Pengasuhan Sapa Sira Sapa Ingsun Sebagai Solusi Pengasuhan Positif Pada Era Penormalan Toxic Parenting”. Kelima mahasiswa adalah Aida Fayza Fitrianetha, Mujahidah Syakhsiyyatul Karimah, Dhita Adsa Adani, Aulia Nuurin Mahfudloh, dan Mohamad Abrar Putera Redian, di bawah bimbingan Bani Bacan Hacantya Y SPsi MSi.

Ketua tim A’ida Fayza Fitrianetha mengatakan, topik tersebut diangkat karena tingginya prevalensi kekerasan pada anak di Indonesia, sering dianggap normal akibat budaya pengasuhan turun-temurun. Kekerasan pada anak merupakan indikasi dari toxic parenting, yang sering terjadi dengan dalih disiplin.

Namun, model pengasuhan itu menyebabkan masalah seperti pelanggaran hak anak, pertumbuhan anak yang tidak optimal, dan terhambatnya perkembangan. Melalui penelitian tersebut, mereka berharap dapat mengembangkan pola asuh positif berdasarkan falsafah Jawa “Sapa Sira Sapa Ingsun” yang berarti “Siapa Kamu Siapa Aku”. Pola asuh itu menekankan pentingnya memahami anak sebagai individu unik yang berbeda dari orang tua.

“Budaya sangat dekat dengan masyarakat sehingga kami bermaksud mengembangkan teori pengasuhan positif berdasar falsafah Jawa,” ungkapnya. 

Tim PKM A'ida sebagai ketua, Mujahidah, Dhita, Aulia, dan Mohamad sebagai anggota (Foto: Dok Tim)

A’ida menjelaskan penelitian dalam PKM-RSH tersebut sangat penting diangkat karena kekerasan pada anak masih tinggi. Selain itu dapat menghambat proses aktualisasi diri mereka. 

“Mengatasi masalah toxic parenting dari akar diharapkan dapat menekan prevalensi kekerasan pada anak dan mendukung aktualisasi diri mereka,” tuturnya.

Tim tersebut menggunakan metode mixed method yang menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif. Tantangan yang dihadapi termasuk terbatasnya data dan partisipan serta kesulitan kerja sama dengan pihak tertentu karena keterbatasan dana. Namun, kendala itu diatasi dengan wawancara mendalam hingga data mencapai titik saturasi.

A’ida mengatakan hasil utama penelitian tersebut adalah pengembangan pola asuh positif berbasis budaya dan tradisi. Tim menemukan bahwa falsafah “Sapa Sira Sapa Ingsun” memiliki makna luas yang dapat diarahkan ke hal positif. Implementasi penelitian dilakukan dengan penyebaran modul pengasuhan positif yang berisi gambaran nilai pengasuhan, aktivitas, dan cara mereplikasi nilai tersebut ke dalam kehidupan masyarakat melalui media teater.

“Harapan dari implementasi ini adalah menurunnya prevalensi kekerasan pada anak dan meningkatnya aktualisasi diri mereka. Tim ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk narasumber dari Keraton Surakarta, dosen psikologi UNAIR, SMKN 12 Surabaya, dan partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian,” tutupnya.

Penulis: Rosali Elvira

Editor: Feri Fenoria

Baca Juga:

Tim PKM RE FTMM Usung Inovasi Tumbuhan Tempuyung sebagai Anti-TBC