Universitas Airlangga Official Website

Tim PKM-RSH UNAIR Tawarkan Kebijakan Penggunaan AI untuk Pendidikan

Penggunaan AI untuk Pendidikan. (Foto: istimewa)
Penggunaan AI untuk Pendidikan. (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Saat ini perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak dapat dihindari. Meski kerap dianggap mengancam keberdayaan manusia di dunia kerja, nyatanya AI turut bermanfaat bagi sebagian orang. Bahkan, dalam dunia pendidikan, kehadiran AI bagai pisau bermata dua. Berangkat melalui belum adanya kebijakan penggunaan AI, mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil lolos pendanaan Pekan Kreatif Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora. 

Tim PKM-RSH ini beranggota lima mahasiswa dari Fakultas Psikologi (FPsi) UNAIR. Mereka adalah Keishya Shalisa Julius, Nadhira Halizah Putri, Angela Ahmad Ibadi, Vania Wynnemaida, dan Harum Widya Candra Kirana tawarkan inovasi mereka. Tim itu didampingi oleh Herdina Indrijati MPsi Psikolog. 

Keishya selaku ketua tim menuturkan bahwa latar belakang ide yang dibawakan oleh timnya dalam PKM tersebut karena tingginya penggunaan generative AI. Mulai Chat GPT, Gemini, dan situs AI lainnya, yang dalam satu tahun memiliki kunjungan situs yang cukup tinggi. Sehingga, Keishya dan tim tertarik untuk meneliti topik tersebut. 

“Awal mulanya dari banyaknya orang yang mulai menggunakan generative AI, yang kemudian kami mendapatkan bahwa Chat GPT baru diluncurkan pada akhir tahun 2022, namun jumlah orang yang mengunjungi situs tersebut terhitung sangat tinggi,” tuturnya. 

Tim PKM-RSH bersama dosen pembimbing (Keishya Shalisa, Angela Ahmad, Herdina Indrijati MPsi Psikolog, Nadhira Halizahh, Vania Wynnemaid, Harum Widya. (Foto: Pribadi)
Tim PKM-RSH bersama dosen pembimbing (Keishya Shalisa, Angela Ahmad, Herdina Indrijati MPsi Psikolog, Nadhira Halizahh, Vania Wynnemaid, Harum Widya. (Foto: Pribadi)

Mengenai generative AI yang diusung, tim itu menawarkan suatu policy brief. Yakni, berupa kebijakan ataupun rekomendasi yang dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Karena jika dilihat, perkembangan AI yang ada dapat memberikan dampak baik maupun buruk. AI dirasa sangat membantu pekerjaan banyak orang, termasuk pelajar, namun juga menjadi tanda peringatan bagi para pengajar.

Generative AI sendiri seperti pisau bermata dua, karena ini merupakan teknologi inovatif yang tidak bisa dihindari dan tentunya juga membawa dampak positif, meski tidak dapat dipungkiri jika penggunaannya yang berlebihan dapat membawa dampak buruk,” jelasnya.

Keishya berharap melalui ide dan inovasi yang dibawanya bersama tim dapat menjadi tawaran yang baik untuk dunia pendidikan kedepannya. “Karena yang kami bawakan lebih kepada kebijakan, seperti saran dan rekomendasi untuk instansi pendidikan seperti sekolah, atau bahkan kepada dinas pendidikan, terkait dengan penggunaan AI untuk mendukung proses pembelajaran,” tutupnya. 

Penulis: Syifa Rahmadina

Editor: Feri Fenoria

Baca Juga:

Soroti Isu Motherless Penikmat Konten Yaoi antarkan Tim Mioyca Lolos Pendanaan PKM-RSH