UNAIR NEWS – Berbekal dedikasi tinggi untuk merancang solusi yang relevan dan inovasi teknologi canggih dalam dunia kesehatan. Tim dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil lolos tahap pendanaan pada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2024. Ketua tim Ditha Meiga Zakaria, mengusung jenis PKM Karsa Cipta, atau yang biasa disebut (PKM KC)
Dengan beranggotakan Muzena Hisyam Okbah, Sinta Dian Monica, serta Wanda Desi Rahmawati ini, tim berhasil menciptakan sebuah inovasi teknologi kesehatan yang memukau. Di bawah bimbingan Ibu Ratih Ardianti Ningrum S Si M Stat tim mengusung karya berjudul Website Berbasis Deep Learning untuk Mendeteksi Vertebral Compression Fractures (VCFs) melalui X-Ray Tulang Belakang.
Pengembangan Teknologi Kesehatan
Penggunaan deep learning dalam dunia kesehatan merupakan sebuah inovasi yang menarik untuk mendukung dunia kesehatan yang terus mengalami banyak perkembangan teknologi. Penerapan deep learning dalam mendeteksi kondisi medis, seperti Vertebral Compression Fractures (VCFs) adalah contoh konkret bagaimana teknologi ini dapat memberikan manfaat besar.
Dalam keterangannya, Muzena Hisyam Okbah atau yang kerap orang sapa Naina mengungkapkan bahwa tujuan dari pembuatan website ini adalah untuk mempermudah proses pembacaan hasil X-Ray tulang belakang pada kasus VCFs.
Penelitian ini dilatarbelakangi karena terdapat sekitar 40%-50% pasien yang berusia di atas 80 tahun. Selain itu, terdapat juga sekitar 25% wanita yang berusia di atas 50 tahun telah mengalami Vertebral Compression Fractures (VCFs). Tidak hanya itu, ada lebih dari 50% VCFs tidak terlihat dan seringkali tidak terdiagnosis.
Oleh karena itu, perlu ada website berbasis deep learning. Website ini mampu mempelajari fitur dan pola dalam gambar X-ray tulang belakang dengan menggunakan Convolutional Neural Networks (CNN) sehingga pembacaan X-Ray bisa berjalan secara otomatis.
“Alasan menggunakan deep learning dari pada metode tradisional yang pertama karena lebih efektif dan efisien, jadi tinggal upload gambar ke website lalu hasilnya akan muncul. Selain itu karena 50% VCFs tidak terlihat dan seringkali tidak terdiagnosis maka dengan website ini kami harapkan kasus VCFs akan terdeteksi dengan tingkat akurasi yang tinggi,” ungkap Naina.
Kontribusi Untuk Masyarakat
Dalam keterangannya Meiga selaku ketua tim mengatakan bahwa website ini dapat meningkatkan aksesibilitas deteksi VCFs bagi masyarakat luas. Hal ini juga mendapat dukungan dengan adanya platform online untuk pengunggahan hasil X-Ray, alat evaluasi mandiri, dan informasi tentang kondisi tersebut.
“Harapannya website ini dapat memberikan kontribusi besar dalam mempercepat proses diagnosis Vertebral Compression Fractures (VCFs), sehingga pasien dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan akurasi tinggi dan akses yang mudah, inovasi ini kami harapkan mampu mengurangi waktu tunggu dan biaya diagnosis, serta mendukung tenaga medis dalam memberikan perawatan yang lebih efektif dan efisien,” pungkas Naina.
Penulis: Marshafyennda Scarbella
Editor: Edwin Fatahuddin