Universitas Airlangga Official Website

Tim Respon Cepat FKH UNAIR Lakukan Nekropsi pada Hiu Paus di Jembatan Suramadu

Proses nekropsi hiu paus yang mati terdampar di Jembatan Suramadu pada Selasa (18/7/2023). (Foto: Istimewa)
Proses nekropsi hiu paus yang mati terdampar di Jembatan Suramadu pada Selasa (18/7/2023). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Kasus paus terdampar kembali terjadi. Tiga ekor ikan hiu paus mati terdampar di bawah Jembatan Suramadu. Menanggapi peristiwa ini, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) menerjunkan tim respon cepat ke lokasi kejadian.

Dr Hani Plumeriastuti drh MKes yang merupakan Koordinator Informasi dan Humas FKH UNAIR mengatakan bahwa informasi mengenai adanya paus terdampar mereka dapat pada Senin (17/7/2023) pukul 17.00 WIB. Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Denpasar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengirimkan surat kepada Dekan FKH UNAIR.

Setelah mendapatkan informasi, FKH UNAIR segera menerjunkan tim respon cepat ke tempat kejadian. “Jadi setelah kita mendapatkan informasi, tim cepat tanggap langsung kami terjunkan untuk melakukan identifikasi sementara. Selain itu tim memastikan posisi serta persiapan nekropsi,” katanya. Proses nekropsi merupakan proses autopsi pada hewan.

Proses Nekropsi

Nekropsi berlangsung pada Selasa (18/7/2023) pukul 13.00 WIB. drh Bilqisthi Ari Putra MKes, koordinator tim respon cepat FKH UNAIR menerangkan bahwa proses nekropsi sempat terhambat akibat kondisi gelombang yang cukup tinggi.

“Nekropsinya berjalan mundur karena kondisi gelombang yang cukup tinggi. Proses nekropsi yang terjadwal pukul 13.00 jadi mundur menjadi 15.30,” terangnya.

drh Bilqis tidak sendiri. Ada beberapa orang yang membantu, di antaranya Dr Hartanto Mulyo Raharjo drh MSi, staf Mikrobiologi FKH UNAIR, empat orang mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan, dan tiga orang mahasiswa S1.

Seluruh sampel organ tubuh lalu dibawa ke Laboratorium FKH UNAIR untuk pemeriksaan lebih lanjut. “Sampel organ tubuh kami bawa untuk melihat penyebab pasti paus terdampar dan kematiannya,” tutur drh Bilqis. Pengajar Divisi Patologi Veteriner tersebut menambahkan bahwa hasil sementara pemeriksaan nekropsi adalah adanya indikasi infeksi.

drh Bilqis turut mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi bangkai paus yang mati terdampar. “Jangan mengonsumsi sebagian atau seluruh tubuh bangkai hius paus yang merupakan golongan ikan. Khawatir adanya potensi penularan akibat konsumsi bangkai,” jelasnya.

Setelah proses nekropsi, bangkai hiu paus akan dimusnahkan. Pemusnahan dengan cara mengikat bangkai pada tiang Jembatan Suramadu. “Bangkai hiu paus diikat di tiang Jembatan Suramadu untuk dibiarkan mengurai sempurna oleh air dan ombak,” paparnya.

Tim Respon Cepat FKH UNAIR

Sebagai informasi, tim respon cepat (first responder) FKH UNAIR bentuk pada 22 Oktober 2021. Pembentukan tim untuk merespon kejadian mamalia laut terdampar di Jawa Timur.

Tim respon cepat FKH UNAIR akan melakukan koordinasi bersama dengan instansi terkait seperti Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Timur, dan instansi terkait lainnya. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Binti Q. Masruroh