UNAIR NEWS – Banyak asumsi di masyarakat awam bahwa setelah melakukan operasi jantung, pasien sudah tidak bisa melakukan aktivitas lagi. dr Yan Efrata Sembiring Sp B Sp BTKV, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR), membantah asumsi tersebut dalam siaran Radio Suara Surabaya 100.00 FM dalam talkshow Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Selasa, (20/6/2023). Siaran tersebut membawa tema Bolehkah Berolahraga Jika Memiliki Riwayat Operasi Jantung?. Tips berolahraga.
Dr Yan menyebutkan operasi jantung merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya untuk menghindari serangan jantung atau kematian mendadak.
“Bagi pemilik riwayat operasi jantung, kegiatan aktivitas itu harus tetap dilakukan. Seperti berolahraga dengan batasan-batasan tertentu,” jelas Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular tersebut.
Tips Berolahraga untuk Pemilik Riwayat Operasi Jantung
Pemilik riwayat operasi jantung perlu memahami batasan-batasan ketika melakukan aktivitas. Dr Yan menyampaikan terdapat batasan pada pasien, yaitu jarak waktu setelah operasi.
“Waktu maksudnya adalah jarak setelah mengalami serangan jantung, pemasangan ring, atau operasi jantung. Jadi, tidak bisa orang yang hari ini mengalami operasi bedah jantung kemudian dua minggu lagi mengikuti maraton, itu adalah hal yang mustahil,” paparnya.
Kemudian, Anggota IDI Surabaya tersebut menjelaskan pembagian jarak waktu untuk mengembalikan kondisi normal pasien. Dr Yan mengatakan, “Biasanya kami membagi dalam satuan minggu, seperti dalam enam minggu pertama. Dalam jarak waktu tersebut, pasien bisa melakukan aktivitas atau exercise yang ringan. Seperti menggunakan treadmill, menaiki tangga, dan kerja ringan lainnya.”
Intensitas aktivitas pasien akan meningkat setelah enam minggu pertama. Lewat paparan Dr Yan, pasien mampu melakukan aktivitas seperti joging atau menyetir kendaraan. “Setelah tiga bulan, pemilik riwayat operasi jantung bisa melakukan peningkatan sebanyak 60-80 persen daripada kegiatan sebelumnya,” jelasnya.

Mengetahui Indikator Melakukan Aktivitas secara Aman
Dr Yan menyampaikan indikator termudah untuk melakukan aktivitas secara aman adalah dengan mengamati denyut nadi. “Rumus untuk menghitung denyut nadi paling simpel adalah 220 dikurangi usia. Semisal, orang yang berumur 50 maka hitungannya adalah 220 dikurangi 50. Jadi, normal denyut nadinya adalah 170 kali per menit,” ungkapnya.
Lalu, Dr Yan menyarankan untuk melakukan aktivitas dengan intensitas 60-76 persen dari denyut nadi normal. Utamanya, bagi pasien dalam jarak waktu tiga sampai enam bulan pasca operasi. “Kalau kita hitung tadi dari 170 kali per menit, maka hanya disarankan untuk melakukan aktivitas dengan batasan 110-130 per menit,” ungkapnya.
Ketika denyut nadi melebihi batas intensitas tersebut, Dr Yan menyarankan untuk menurunkan intensitas aktivitas. Sehingga, menurutnya penting untuk pasien memahami batasan diri ketika melakukan aktivitas.
Program Talkshow IDI Surabaya merupakan bagian dari Pra Acara Medic Air Run FK UNAIR. Acara utama tersebut akan terselenggara pada 20 Agustus 2023.
Penulis: Muhammad Naufal Rabbani
Editor: Feri Fenoria