UNAIR NEWS – Puasa terbukti dapat memberikan manfaat kesehatan secara jasmani maupun rohani. Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga menggandeng Suara Muslim Radio Network menggelar diskusi bertajuk Puasa Itu Berkah dan Sehat pada Jumat (14/4/2023). Dalam acara tersebut menghadirkan narasumber Prof Djoko Santoso dr Ph D Sp PD KGH FINASIM selaku Ketua Senat Akademik UNAIR.
Pada siaran tersebut Prof Djoko menjelaskan bahwa puasa itu menyehatkan dari berbagai aspek, mulai dari sehat jasmani, rohani, sosial, mental, spiritual, dan intelektual. Menurutnya, agar puasa bisa berkah dan sehat kuncinya adalah dengan keikhlasan. Allah menciptakan tubuh manusia dengan tool metabolisme yang unik, artinya memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik.
“Sehingga masalah 12 jam bahkan ada yang 20 sampai 22 jam untuk puasa itu adalah masalah waktu yang relatif. Ketika kita niatkan secara ikhlas dan tujuan visi misi ramadan adalah untuk mendorong dalam meningkatkan martabat kemanusiaan agar bisa hidup berdampingan dengan sesama. Itulah salah satu memaknai ramadan yang menyehatkan diri kita,” jelasnya.
Prof Djoko menyampaikan bahwa jika ibadah puasa dijalankan dengan penuh keikhlasan, maka akan muncul energi positif. Namun jika sebaliknya maka akan menimbulkan energi negatif.
“Jadi ketika itu positif implementasinya adalah kita senang melihat orang itu bahagia, kita susah kalau melihat orang itu susah. Kalau energi negatif kebalikannya, senang melihat orang susah. Kalau kita berbuat dengan energi positif hormon-hormon dalam tubuh kita itu adalah hormon endorfin yang dominan,” jelasnya.
Cara Bersikap Ikhlas Saat Puasa
Selanjutnya, Prof Djoko memaparkan bahwa menghayati keikhlasan bisa melaksanakannya dengan bersedekah sebagian materi atau kepandaian kepada orang-orang yang membutuhkan. Menurutnya pokok dari keikhlasan adalah memberikan kepada siapapun yang membutuhkan dalam rangka menyetarakan martabat kemanusiaan.
“Karena ikatan batin yang sangat luhur ini, saatnya kita menyatakan diri untuk berkomitmen memutus rantai kemiskinan melalui keikhlasan kita berpuasa dalam kaitannya kompetensi kita masing-masing,” jelasnya.
Puncak dari keikhlasan menurut Prof Djoko seperti melepas uang di laut, yaitu sedalam apapun dicari tidak pernah bisa akan kembali. Bagi para akademisi cara meraih keikhlasan bisa melakukannya dengan zakat intelektual. Intelektualitas itu menunjukkan satu tingkat kecerdasan seseorang yang kemudian akan bermanifestasi pada satu produktivitas dalam hidup.
“Bersedekah atau berzakat jangan berhenti pada arti zakat yang biasa kita lakukan, harus dikembangkan lebih dari itu adalah dengan zakat intelektual yang kita sharingkan kepada yang membutuhkan. Sehingga kita memberikan pancingan agar kehidupannya meningkat dan martabat kemanusiaanya setara dengan kita,” ungkapnya.
Penulis : Nopitasari
Editor : Khefti Al Mawalia