Universitas Airlangga Official Website

Transformasi Departemen Sastra Indonesia, di Bawah Naungan FISIP Hingga Miliki Banyak Kolaborasi

UNAIR NEWS – Sastra Indonesia menjadi salah satu departemen unggulan Universitas Airlangga (UNAIR) di bidang sosial dan humaniora. Berdasarkan wawancara tim redaksi UNAIR News dengan Kepala Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr Adi Setijowati dra M Hum, departemen atau program studi yang dulunya bernama jurusan Sastra Indonesia didirikan pada tanggal 13 November 1989 dengan SK DIKTI Nomor : 103/Dikti/1989 di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR.

Adi melanjutkan bahwa barulah pada tahun 1998 dengan SK MENDIKBUD Nomor: 290/0/1998, berdirilah Fakultas Sastra yang terdiri dari Prodi Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Ilmu Sejarah dan Sastra Jepang pada tanggal 2 Desember 1998. Pada tanggal 10 April 2008, diadakan perubahan dari Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang sekaligus mengubah orientasi kompetensi prodi Sastra Indonesia.

Adi menuturkan, Departemen Sastra Indonesia UNAIR memiliki ciri khasnya sendiri apabila dibandingkan dengan pembelajaran sastra Indonesia di luar UNAIR. Menurut dosen yang juga menjabat Ketua Unit Kajian Kebudayaan Jawa Timur (UK2JT) tersebut, ciri khas itu dari segi kompetensi yang dikembangkan yang tentunya didasarkan pada hasil lulusan dan stakeholder.

Kompetensi itu dapat dikembangkan dalam beberapa kategori. Pertama, Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia dengan mata kuliah unggulan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), Dialektologi, Etnolinguistik dan Problematika Bahasa Indonesia.

Tidak hanya sampai di situ, Adi menuturkan, Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia juga mengukuhkan kompetensi berikutnya yaitu kompetensi Penulis Buku dengan mata kuliah unggulan Penulisan Puisi,  Penulisan Kritik Sastra, Penulisan Prosa, Penulisan Lakon, serta Dramaturgi. Selain itu terdapat juga kompetensi Pengkaji Naskah Lama dengan mata kuliah spesifik yaitu Preservasi Naskah, Naskah Islam Nusantara, Naskah Ilmu Tradisional, Sastra Sufi, Aksara dan Bahasa Naskah Nusantara, Etnolinguistik, dan Leksikografi.

Dalam menunjang keilmuannya, Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya memfokuskan kegiatan di dalam kelas. Alumni doktor UNAIR tersebut memaparkan bahwa mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dapat berpartisipasi dalam program kerja rutin di luar kelas seperti kegiatan Pelatihan Kerja Lapangan (PKL) dan seminar. Program itu tercetus pada desa binaan, tepatnya di Desa Kemloko, Kabupaten Blitar. Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia juga telah sukses menyelenggarakan seminar nasional dan internasional dengan Universitas Negeri Vietnam dan Universitas Kebangsaan Malaysia di bidang Ilmu Bahasa dan Kesusastraan.

Banyak harapan dan proyeksi masa depan yang dicita-citakan oleh Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR. Adi berharap bahwa departemen ini akan mengembangkan kerja sama dengan penerbit. Selain itu, diharapkan tercipta lebih banyak lagi kolaborasi dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa/Balai Bahasa Jawa Timur dalam bidang Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). (*)

Penulis: Deanita Nurkhalisa

Editor: Binti Q. Masruroh